Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Peneliti INDEF Eisha M Rachbini: Digital Ekonomi Tumbuh Cepat

Redaksi
×

Peneliti INDEF Eisha M Rachbini: Digital Ekonomi Tumbuh Cepat

Sebarkan artikel ini

Eisha M Rachbini mengatakan e-commerce tumbuh dengan pesat di Indonesia ketika pandemi.

BARISAN.CO – Pertumbuhan digital ekonomi tumbuh cepat ketika pandemi. Indonesia ukuran ekonomi digitalnya paling tinggi di ASEAN (39% share-nya), akan terus meningkat jika terus sustain.

Hal ini disampaikan Head of Center Digital Economy and SMEs at INDEF, Eisha M Rachbini dalam Internasional Webinar dengan tema Inclusive Digital Transformation yang diselenggarakan INDEF bekerja sama dengan Ford Foundation, Kamis (8/12/2022).

Eisha M Rachbini mengatakan e-commerce tumbuh dengan pesat di Indonesia ketika pandemi. Digital payment tumbuh dengan cepat. Potensi terus tumbuh ke depan karena GDP per kapita juga akan naik. Indonesia keluar dari negara berkembang di 2045. Hal ini sejalan dengan rencana target pembangunan.

“Sandungan infrastruktur digital yaitu keterbatasan koneksi. FDI di bidang telekomunikasi meningkat sehingga digital ekonomi akan terus tumbuh. FDI untuk telekomunikasi masih berpusat di Jawa. Adanya ketimpangan infrastruktur dan investasi digital diantara provinsi di Indonesia. Begitu pula dengan potensi ekonomi digital masuk berpusat di Jawa,” terangnya.

Lebih lanjut Eisha menyampaikan potensi digital ekonomi didukung oleh populasi, penggunana internet, koneksi telepon genggam, dan teknologi ICT mutakhir.

“Pada roadmap digital, UMKM ditargetkan masuk digitalisasi sebanyak 30 juta unit usaha UMKM. Kontribusi UMKM besar di Indonesia terhadap pembentukan PDB dan penyerapan tenaga kerja. Sektor yang paling banyak di UMKM adalah perdagangan,” jelasnya.

Deputy of Entrepreneurship Ministry of Coorporation and SMEs, Siti Azizah menyampaikan UMKM banyak didominasi oleh unit usaha mikro, berada di sektor informal, literasi usaha rendah, dan akses pembiayaan rendah

“Kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional besar (terhadap PDB, tenaga kerja,dll) kecuali kontribusi ekspor yang masih rendah, dibandingkan dengan negara lain juga masih rendah,” imbuhnya.

Lebih lanjut Siti menyampaikan potensi digital ekonomi digawangi oleh e commerce dapat mencapai 130 triliun do 2025.

“Pentingnya kolaborasi untuk mencapai target. Kolaborasi 41 stakeholder dengan 109 program untuk mendorong transformasi digital. Hingga Agustus 2022 sudah ada 20,24 juta UMKM masuk digitalisasi,” tegasnya.

Sementara itu, Researcher of FNA, Amanah Ramadiah menyampaikan Finance gap di Indonesia sangat besar, hanya menyuplai 0.25% dari kebutuhan pembiayaan. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan advancing economies.

“Dalam pembiayaan, UMKM terkendala dengan kelayakan kredit karena tida punya legalitas atau tidak memiliki sejarah kredit, kedua hal tersebut yang menjustifikasi apakah UMKM layak dapat kredit atau tidak,” sambungnya.

Menurut Amanah,  semakin terintegrasi ke dalam sistem keuangan global, maka akan diikuti oleh semakin tigginya terkena risiko sistemik di sektor keuangan.

“Sehingga hal ini perlu sistem yang dapat memberikan peringatan dini terhadap terjadinya sebuah krisis,” ujarnya.

Climate Advisor of Centre for Global Affairs and Public Policy Manager of Insitute for Sustainable Community, Mega Nath mengatakan selama pandemi UMKM mulai kehilangan pasar dan belum pulih seperti saat sebelum pandemic

“Digitalisasi UMKM dapat mempercepat pemulihan dan dengan melakukan transisi energi bersih pada UMKM. Digitalisasi tidak hanya membuat efisiensi tetapi juga membuka akses pembiayaan yang lebih luas setelah selama pandemi UMKM mengandalkan bantuan pemerintah,” pungkasnya. [Luk]