Barisan.co – Dalam bekerja kita memang dituntut untuk memiliki etos kerja yang baik, beberapa indikasinya adalah semangat dan komitmen. Namun ada perbedaan antara etos kerja dengan workaholic atau gila kerja. Etos kerja lebih pada motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaannya, sedang workaholic bisa membahayakan kesehatan.
Di Jepang sendiri ada istilah karoshi, dimana seorang pekerja meninggal karena kebanyakan bekerja. Salah satu penyebabnya karena di Jepang menerapkan budaya kerja keras yang terbilang ekstrim.
Workaholic vs Pekerja Keras
Workaholic atau kecanduan kerja berbeda dengan istilah pekerja loyal dan pekerja keras. Pekerja loyal adalah kelompok pekerja yang segala produktivitasnya berdasarkan pada dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan maupun perusahaannya.
Sedangkan pekerja keras merupakan istilah yang paling umum untuk menggambarkan orang-orang yang bekerja keras, apa pun motif, target, dan latar belakangnya. Orang jadi pekerja keras karena memang dirinya menginginkannya atau karena tidak punya pilihan.
Kriteria workaholic
- Workaholic adalah situasi yang sangat tidak sehat, namun dapat dimengerti jika workaholic itu dalam rangka mencari solusi dari masalah di luar dari pekerjaan kantor.
- Workaholic dalam konteks pelarian dari sebuah masalah yang sedang dihadapi. Masih dalam bentuk yang wajar, namun jika sudah mengerjakan tugas kantor melebihi porsinya, harus disadari bahwa workaholic itu harus diimbangi dengan istirahat yang cukup, karena akan mengakibatkan gangguan kesehatan yang nantinya akan merugikan penderita itu sendiri.
Workaholic dapat disembuhkan dengan mengatasi akar permasalahan yang membuat ia menjadi ”cinta dunia kerjanya”, namun kesembuhan tentunya tergantung dirinya sendiri dan sejauh apa permasalahan yang sedang dihadapi.
Berdampak pada Fisik dan Psikologis
Workaholic atau ketagihan bekerja bisa menimbulkan dampak fisik dan psikologis terhadap orang tersebut dan keluarganya. Bagi seorang workaholic, tempat kerja adalah suatu sarana untuk mereka menyalurkan keinginannya. Biasanya workaholic akan mengalami depresi, cemas, dan lebih mudah marah daripada rekan sekerjanya yang tidak workaholic. Mereka juga akan lebih sering mengalami masalah kesehatan yang biasa disebut stres kronik.
Stres kronik akan pekerjaan konstan ini akan menyebabkan masalah pada kesehatan fisik dan mental. Karena mereka selalu mencoba untuk menjadi orang sukses. Stres juga bisa mengancam sistem kekebalan tubuh sehingga membuat para workaholic ini lebih rapuh terkena penyakit seperti stress dan gangguan kesehatan.
‘Ketagihan’ bekerja atau workaholics dapat menimbulkan efek fisik dan psikologis terhadap si pekerja dan keluarganya. Bryan E. Robinson, Ph.D menulis sebuah artikel dalam Journal of Employment Counseling bahwa intervensi juga dibutuhkan untuk mengenali ketagihan pada pekerjaan dan menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Robinson merupakan seorang profesor dalam bidang konseling, pendidikan khusus, serta perkembangan anak di Universitas Karolina Utara, Charlotte.
Penyebab workaholic
- Kurang percaya diri
- Masih lajang dan mencari pelarian dari masalah pribadi yang sedang dihadapi
- Terobsesi mendapat promosi yang lebih tinggi
- Kecintaan terhadap profesi atau pekerjaan yang begitu besar
Langkah mengatasi workaholic
- Delegasikan
Ini adalah tindakan yang cukup berani bagi mereka yang workaholic. Sebab, seorang penggila kerja biasanya takut orang lain akan mengacaukan pekerjaannya.
- Jaga keseimbangan dalam hidup
Para pekerja akan lebih produktif bila mereka butuh waktu untuk berlibur dan memiliki keseimbangan dalam hidup. ”Jauhkan sejenak dari rutinitas kantor untuk kembali mengenali diri anda lagi”. Sesekali harus bersenang-senang.
- Tetapkan waktu untuk mengakhiri pekerjaan dan taati selalu
Tentukan waktu untuk mengakhiri jam kerja dalam satu hari. Cari kesibukan selain rutinitas kantor.
- Rawatlah diri sendiri
Olahraga, meditasi, makan teratur, istirahat yang cukup. Anda tidak dapat membuat pilihan yang baik bila terlalu lelah. Habiskan waktu bersama teman dan orang-orang terdekat.
- Buat sistem pendukung
Cari teman yang memiliki kehidupan yang baik dan berpengaruh besar dalam membentuk diri anda. Dengan begitu, anda punya panutan yang dapat dicontoh. Tanyakan pada mereka apa yang baik dan sesuai untuk anda.
- Jika sesuatu terasa tidak benar, jauhi.
Banyak pencandu kerja memendam atau meragukan perasaan dan intuisi mereka sendiri. Pelajarilah cara memahami perasaan sendiri.
Penulis: Alfin Hidayat