“Penyakit Jiwa Lebih Berbahaya Daripada Penyakit Tubuh” Cicero
Barisan.co – Seringkali kita melihat seorang perokok berat yang panjang umur bahkan sampai di usia tua. Walau di usia yang tua pun, mereka masih tetap produktif dalam bekerja. Tak jarang mereka yang bukan perokok, justru seringkali sakit-sakitan. Ini sangat bertentangan dengan apa yang dikampanyekan dalam “kampanye anti rokok”
Tentu saja rokok itu mengandung banyak zat yang berbahaya yang bisa saja menyebabkan banyak penyakit berbahaya. Tapi, apa penyakit itu sendiri?
Ada dua prinsip utama tentang ‘penyakit’: Pertama: “penyakit” itu tak ada. Yang ada adalah ketidakseimbangan atau ketidaksinkronan tubuh, baik ketidakseimbangan internal (antar elemen tubuh sendiri) maupun ketidakseimbangan eksternal (antara tubuh dengan lingkungan) misalnya adaptasi terhadap lingkungan yang bermodifikasi (karena iklim, temperatur dsb.)
Prinsip kedua adalah: tataran fisik hanyalah merupakan proyeksi dari tataran jiwa. Jiwa yang sehat akan termanifestasikan menjadi fisik yang sehat. Suatu sistem hormonal tubuh akan mengirim statement mental menjadi suatu mekanisme fisiologis.
Statemen mental yang negatif akan ditranskripsikan menjadi mekanisme fisiologis yang “anti-produktif”, dan sebaliknya, statemen mental yang positif akan ditranskripsikan menjadi suatu sistem yang konstruktif terhadap kesehatan fisik.
Ada suatu kaitan antara tipe statemen mental dengan tipe manifestasinya terhadap sistematika fisiologis. Misal, pada beberapa orang tertentu terdapat suatu stereotipe pola mental yang cenderung untuk degradatif terhadap ketenangan atau kenyamanan diri.
Misal, suka menyalahkan diri sendiri (dan orang lain), tidak memaafkan kesalahan diri sendiri (dan orang lain), cenderung mengamplifikasi kesedihan, memperbesar sekup persoalan, cenderung melihat sesuatu dari perspektif yang tak menguntungkan, menganggap diri sendiri tak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, cenderung heran, aneh, tak percaya ketika mendapatkan keberuntungan atau kebahagiaan, dll.)
Mental
Pola mental seperti ini degradatif terhadap kejiwaan (rohani) dan selanjutnya suatu sistem hormonal akan mentranskripsikan statement-statement pola mental ini menjadi sistematika fisiologis berupa pola degradasi fisik; diantaranya adalah terjewantahkan dalam fenomena sel tubuh yang mendegradasi dirinya sendiri, atau disebut juga sebagai kanker.
Asosiatif dengan penyakit kanker (dan hampir seluruh “penyakit” lainnya), kita harus menyasar secara radikal langsung pada akar persoalannya. Kita bisa meminta bantuan pihak yang anda percaya untuk membantu anda menciptakan lingkungan yang mendukung terhadap pola jiwa dan mental yang konstruktif.
Namun kita juga bisa memperbaiki hal praktis dan pragmatis; misal tinjau kembali pekerjaan kita, apakah kurang menyehatkan bagi mental kita; pola hubungan dalam internal keluarga kita, teman-teman kita, lingkungan fisik kita.
Tinjau kembali segala aspek yang berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Kita memang dituntut untuk membuat perubahan besar dalam hidup kita. Jika ini berhasil, kemanfaatannya tak akan hanya penyakit parah kita akan sembuh, namun juga penyakit lainnya dan kemanfaatan rohaniah lainnya.
Penulis: Alfin Hidayat