Scroll untuk baca artikel
Kolom

Perkembangan Budaya Digital dan Tantangan Lembaga Pendidikan

Redaksi
×

Perkembangan Budaya Digital dan Tantangan Lembaga Pendidikan

Sebarkan artikel ini

Pendidikan dan pengaruh perubahan budaya digital

Dalam dunia pendidikan pun sama, saya juga memperhatikan berbagai fenomena yang tidak sederhana. Maksudnya, pergeseran pemikiran terus terjadi. Kalaupun tidak dikatakan bahwa sistem pendidikan berubah total, namun sistem pendidikan mengalami momen yang sebelumnya barangkali sudah pernah diprediksi.

Sistem pendidikan harus mengalami juga disrupsi yang menurut pendapat Prof. Rhenald Kasali, “Pendidikan Indonesia harus berubah mengikuti arah zaman agar tidak ikut tersisihkan. Seringkali apa yang terjadi adalah kita membawa masa lalu ke hari ini. Itu artinya tidak mampu keluar dari perangkap masa lalu. ‘Disruption’ pada dasarnya adalah perubahan. Suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat hadirnya masa depan ke masa kini. Perubahan semacam itu membuat segala sesuatu yang semula berjalan dengan normal tiba-tiba harus berubah dan berhenti mendadak akibat hadirnya sesuatu yang baru. Di sini, yang dimaksud sebagai sesuatu yang baru bisa banyak hal: teknologi baru, proses bisnis yang baru, para pemain baru, aplikasi yang baru, model bisnis yang baru, atau kombinasi dari berbagai faktor tersebut”. [1]

Oleh karenanya lembaga pendidikan – sekolah, memiliki tantangan baru seiring adanya disrupsi tersebut. Penyelenggaraan lembaga sekolah kini perlu melakukan berbagai peningkatan, melakukan inovasi dan pengembangan sistem manajemen lembaganya dengan pendekatan yang baru. Lembaga sekolah perlu meng’upgrade’ banyak hal; pola kerjanya, menejemen guru dan karyawannya, sistem pengelolaan administrasinya, hingga budaya kerja serta kompetensi tenaga pendidiknya.

Norma dan praktik yang sudah mapan harus beradaptasi, diubah, kemudian  menggabungkan  metodologi lama yang konvensional dengan teknologi digital. Beberapa masalah banyak muncul di kalangan tenaga pendidik dengan perubahan budaya yang  signifikan. Gaya mengajar, sumber ajar, hingga kebutuhan akan kolaborasi dalam proses pembelajaran, mutlak menjadi titik aksi bagi para guru untuk bergerak.

Di situlah letak tantangan terbesarnya; perubahan gaya mengajar yang diperlukan oleh pergeseran budaya (karena adopsi teknologi) melibatkan pergerakan keyakinan dan asumsi guru yang seringkali stabil dan sulit diubah untuk beradaptasi  terhadap pergeseran budaya.

Meski penyediaan sarana belajar berbasis teknologi digital juga menjadi salah satu kendala yang menghambat proses adaptasi budaya. Justru yang terpenting adalah sumber daya manusianya, yaitu para pendidik, penanggungjawab lembaga sekolah, serta para pengambil kebijakan pendidikan, mulai dari tingkat daerah hingga pusat.