Alih-alih merawat dengan penuh harmoni yang terjadi justru tidak adanya kesadaran dan kepekaan lingkungan dari perilaku masyarakat termasuk umat Islam itu sendiri. Kegiatan pembuangan sampah rumah tangga, limbah aktivitas produksi dan limbah industri menyebabkan terjadinya pencemaran pada badan air sungai. Padahal air sungai dianggap suci dan mensucikan.
Disatu sisi kebutuhan akan kuantitas sumberdaya air semakin meningkat pesat tetapi di sisi yang lain kerusakan dan pencemaran sumberdaya air juga semakin meningkat pula. Itu semua sebagai implikasi dari pertumbuhan populasi dan industrialisasi yang tidak mengindahkan etika lingkungan.
Laporan terkini menyebutkan bahwa pencemaran air sungai,danau dan air bawah tanah meningkat dengan pesat. Sumber pencemaran yang sangat besar berasal dari manusia, dengan jumlah 2 milyar ton sampah per hari,dan diikuti kemudian dengan sektor industri dan perstisida dan pemupukan kimia pada pertanian . Sehingga memunculkan prediksi bahwa separuh daripopulasi di dunia akan mengalami pencemaran sumber-sumber perairan dan juga penyakit berkaitan dengannya.
Yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasair turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran yang diakibatkan oleh adanya limbahindustri dan rumah tangga mempunyai banyak akibat buruk.
Pencemaran limbah dapat mengakibatkan menurunnya keindahan lingkungan, penyusutan sumberdaya dan adanya wabah penyakit serta keracunan. Masuknya limbah ke dalam sungai selain memberikan dampak terhadap perubahan fisik air sungai juga memberikan dampak secara kimiawi dan biologis terhadap air sungai. Secara umum dampak tersebut adalah terjadinya dekomposisi bakteri aerobik, dekomposisi bakteri anaerobik dan perubahan karakter biotik.
Di tingkat internasional kesepakatan para pemimpin dunia tentang pembangunan berkelanjutan yang diungkapkan dalam forum PBB terhadap target penyediaan air dan sanitasi adalah menjamin separuh dari proporsi manusia dari tanpa akses menuju fasilitas sanitasi higenis, menjamin separuh proporsi masyarakat dari tanpa akses air bersih yang berkelanjutan menuju kecukupan secara kuantitatif, dan menyediakan air serta sanitasi yang higenis.
Sebagai bagian dari masyarakat dunia, visi pembangunan berkelanjutan di atas juga mengikat arah pembangunan bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia oleh dunia dipandang secara struktural dan institusional dalam pelaksanaan manajemen perkotaan, industri dan pertanian belum berjalan dengan baik meski tidak dapat dikatakan buruk. Ada pelajaran berharga dalam tata kelola air yang dilakukan oleh masyarakat India yang memandang air sebagai entitas suci.
Sungai di India, terutama sungai-sungai kecil, semuanya justru mengandung aliran berbahaya (toxic stream). Dan bahkan sungai yang dianggap suci sekalipun semacam Sungai Gangga juga sangat jauh dari katagori sungai bersih. Kondisi yang ironi ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi manusia, modernisasi pertanian, urbanisasi dan industrialisasi yang semakin hari semakin besar menggerus pandangan religius dan etika lingkungan yang dianut oleh masyarakat India.
Perilaku manusia sekarang memang seperti tidak masuk akal. Dimana mereka memperlakukan benda yang dianggap suci dengan cara mencemarinya. Padahal sebagian besar penduduk di kota-kota di India menggantungkan sumber air minumnya dari sungai. Dengandemikian mereka berada pada kondisi dan keadaan yang kritis dan terancam keberlangsungan hidupnya. Potret masyarakat India ini boleh jadi menjadi potret masyarakat kita juga.