BARISAN.CO – Minggu lalu ramai pemberitaan mengenai cadangan devisa (cadev) Indonesia yang mencapai US$ 144, 78 miliar per Agustus 2021. Angka ini disebut-sebut sebagai cadev terbesar sepanjang sejarah di RI.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat cadev tertinggi terjadi pada April 2021 lalu yakni US$138,79 miliar.
Ekonom Awalil Rizky menilai posisi cadev ini bukan sesuatu yang luar biasa. Sebab, posisi cadev akhir tahun bersifat akumulasi dan sering terjadi rekor.
Setiap akhir bulan, BI mengumumkan data posisi cadev. Jika dilihat dari data, posisi cadev di akhir Desember atau akhir tahun lalu cenderung meningkat. Begitu pula dengan posisi akhir bulan dalam satu tahun.
Rekor tertinggi akhir tahun atau akhir bulan telah berulangkali dicapai. Meski sesekali memang terjadi penurunan.
“Di bulan April rekor, di bulan Februari juga rekor. Jadi bukan sesuatu yang luar biasa. Hanya cadev kali ini (per Agustus 2021) lompatannya paling luar biasa, dalam sebulan sebesar US$7,44 miliar. Tidak pernah lompat sebanyak ini dalam sebulan, kalaupun terjadi setahun,” ujar Awalil pada Webinar “Cadangan Devisa Terbesar: Apa Artinya?”, Rabu malam (15/9/2021).
Jika ditelisik lagi, penyebab utama kenaikan ini adalah alokasi Special Drawing Rights (SDR) dari International Monetary Fund (IMF) senilai US$6,33 miliar. Faktor lainnya hanya sebesar US$1,11 miliar. Tanpa alokasi tersebut, posisi cadev RI hanya sebesar US$138,45 miliar.
“Angkanya lebih rendah dibanding bulan Februari dan April 2021,” katanya.
Awalil juga menjelaskan definisi cadev menurut BI yaitu aset eksternal yang dapat langsung tersedia bagi dan berada di bawah kontrol otoritas moneter untuk membiayai ketidakseimbangan pembayaran, mengatur secara tidak langsung besaran ketidakseimbangan tersebut melalui intervensi untuk memengaruhi nilai tukar, dan tujuan lainnya.
BI menjelaskan pula, aset eksternal yang dapat dikategorikan sebagai cadev harus memenuhi kriteria yaitu likuid, dalam denominasi mata uang asing utama, di bawah kontrol otoritas moneter, dan dapat dengan segera digunakan untuk penyelesaian transaksi internasional.
Posisi cadangan devisa yang besar serta mencukupi kebutuhan impor dan kewajiban luar negeri lainnya biasa dianggap menggambarkan kuatnya ketahanan eksternal suatu negara. BI sering mengatakan kondisinya cukup aman ketika merilis nilai posisi cadangan devisa.
Awalil membenarkan hal itu, namun menekankan bahwa hanya berlaku untuk perspektif pada suatu waktu atau dalam jangka pendek.
“Tidak selalu mencerminkan ketahanan eksternal yang kuat dalam horizon waktu jangka menengah dan panjang. Bergantung apa bentuk dari cadangan devisa itu, dan bagaimana proses perolehannya selama ini,” kata Awalil.