Pudarnya tradisi guyub, mengikuti di dalamnya adalah makin pudarnya kepekaan, tenggang rasa dan kepedulian antarsesama, bahkan juga dengan alam. Maka begitu alam rusak dan dirusak, tak ada lagi kepedulian masyarakat untuk mencegah atau melakukan kontrol. Dan ketika kerusakan itu sudah demikian jauh dan membawa bencana, manusia kian tak mampu mengatasi dan mengantisipasinya.
Partisipasi dan kebersamaan tidak lagi mampu bergerak secara memadai. Derita manusia makin menumpuk dan ditanggung sendiri. Tak banyak lagi dijumpai ‘kita’ dalam urusan bencana. Dan makin tak terkira besarnya musibah bencana di masa depan, yang tentu sudah didahului sebelumnya bencana sosial berupa tenggelamnya tradisi keguyuban di masyarakat. []