Scroll untuk baca artikel
Opini

Samjin Company English Class: Pekerjaan Atau Kebenaran?

Redaksi
×

Samjin Company English Class: Pekerjaan Atau Kebenaran?

Sebarkan artikel ini

Belum lama ini, saya menonton film Samjin Company English Class. Sebuah film dari negara gingseng yang tiba-tiba mengingatkan saya ketika seorang dosen mata kuliah Etika dan Profesi bertanya kepada para mahasiswa,

“Bagaimana jika kamu menjadi seorang PR, akan tetapi kamu harus berbohong kepada publik untuk melindungi perusahaan, namun mengorbankan khalayak banyak?”

Sontak, saya menjawab “Saya memilih untuk mengatakan kebenaran dibandingkan harus menyebabkan orang lain celaka. Keluar dari pekerjaan. Meski, gaji menjadi PR tidaklah sedikit. Dari itu, saya bisa bertahan hidup dari tabungan sambil mencari pekerjaan lain,”

Mungkin, banyak yang menganggap bahwa saya gila. Lebih gila lagi, jika harus bertahan hanya demi keuntungan sesaat.

Oh iya, film ini bercerita tentang tiga orang karyawan bernama Shim Bo-ram (Park Hyen-su), Jung Yoo-na (Esom), dan Lee Ja-young (Go Ah-sung) yang mendapat kesempatan untuk memperoleh promosi jika mendapatkan skor minimal 600 poin pada tes TOEIC di kelas bahasa Inggris.

Namun suatu hari, mereka mengetahui bahwa terdapat kandungan fenol yaitu zat berbahaya yang digunakan perusahaannya untuk proses produksi dan limbahnya menyebar ke lingkungan sekitar.

Fenol sendiri dapat menyebabkan kerusakan hati, diare, kerusakan pada sel darah merah, hingga kematian.

Rupanya, para atasan di pabrik itu merekayasa angka hasil pemeriksaan kandungan fenol yang terdapat di limbah pabrik menjadi seolah masih tergolong aman.

Ketiga karyawan tersebut tidak percaya. Sadar bahwa mereka akan terancam dipecat. Ketiganya berpikir lebih penting untuk menjaga manusia dibandingkan uang.

Meski mereka memperoleh gaji dari hasil keuntungan penjualan yang diperoleh perusahaan. Namun bagi mereka hal ini tidak benar, jika harus mengorbankan warga sekitar pabrik demi menjaga kebusukan yang dilakukan oleh perusahaan.

“Bekerjalah untuk manusia bukan demi uang,” begitu prinsip mereka.

Keputusan yang mereka ambil tidaklah mudah. Mereka bahkan rela harus dikucilkan karena membocorkan rahasia kepada media. Sayangnya, media telah disogok untuk tidak merilis berita tersebut.

Dari cerita tersebut, bagaimana jika anda berada di posisi ketiga karyawan tersebut? Apakah akan diam demi tetap dapat bekerja dan memperoleh gaji? Ataukah mencari tahu dan terus berusaha agar tidak ada korban jiwa? []