Jelang resesi tahun 2023, biaya hidup jadi kekhawatiran terbesar Generasi Z dan Milenial.
BARISAN.CO – Resesi dipastikan terjadi pada 2023. Hal itu disampaikan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar pada awal Oktober ini. Namun, OJK tidak bisa memprediksi seberapa serius dan berapa lama resesi itu akan berlangsung.
Sebelum OJK, sebetulnya ekonom telah teriak-teriak memperingatkan agar masyarakat mulai berhemat karena resesi tahun depan kemungkinan akan suram.
Hal ini tak luput dari perhatian Generasi Milenial dan Generasi Z. Dengan kondisi ekonomi tak menentu, mereka disebut-sebut bakal paling rentan terdampak.
Laporan survei global Deloitte 2022 berjudul “Striving for balance, advocating for change” menemukan, biaya hidup menjadi perhatian utama Generasi Z dan Milenial.
Kecemasan finansial membuat 46 persen Gen Z dan 47 persen Milenial khawatir pendapatannya tidak mampu menutupi pengeluarannya. Kemudian, 26 persen Gen Z dan 31 persen Milenial tidak yakin akan bisa pensiun dengan kenyamanan finansial. Sedangkan, 30 persen Gen Z dan 29 persen Milenial merasa tidak aman secara finansial.
Mencermati hal-hal di atas, Barisanco mewawancarai Generasi Z dan Milenial untuk mengetahui apa pendapat mereka, bagaimana kesiapan mereka menghadapi guncangan, dan seberapa jauh gaji mereka saat ini mencukupi biaya hidup jelang resesi.
Dwi, 27 tahun
Barisan: Apakah kamu merasa khawatir dengan biaya hidup?
Dwi: Uang saat ini seperti tidak berarti. Dengan gaji UMR, jelas tidak mencukupi kebutuhannya. Belum lagi harus bayar sewa kontrakan di Jakarta, listrik, dan kebutuhan wajib lainnya tiap bulan.
Barisan: Berapa pendapatan yang ideal agar pas dengan biaya hidup saat ini termasuk disisihkan dengan tabungan?
Dwi: 8 juta.
Barisan: Dengan 8 juta, apakah bisa terbeli rumah di masa depan?
Dwi: Kalau rumah di Jakarta tidak bisa. Kalau di pinggiran Jakarta, itu mesti KPR berpuluh-puluh tahun.
Barisan: Artinya, kamu tidak yakin bisa meninggalkan warisan ke anakmu kelak?
Dwi: Ya, nyekolahin anak sama punya rumah aja sudah berat.
Islah, 24 tahun
Barisan: Pendapatan saat ini apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu?
Islah: Kalau basic needs kayak makan, minum, dan lain-lain masih bisa. Tapi, kalau beberapa peningkatan taraf hidup seperti beli baju yang berkaitan dengan kebutuhan sekunder dan tersier itu perlu mikir-mikir perhitungan secara detail.
Barisan: Saat ini tinggal sendiri atau sama orang tua?
Islah: Tinggal sama orang tua.
Barisan: Jika harus sewa tempat tinggal sendiri, apakah pendapatan Anda tetap cukup, khususnya kebutuhan dasar?
Islah: Kalau ngekos perlu anggaran maksimal 1 juta. Di atas itu, kebutuhan dasar harus benar-benar perhitungan. Misalnya, makan jadi sering masak atau beli warteg. Kalau sekarang lebih cukup bebas beli makan dan minum.
Barisan: Kira-kira berapa pendapatan ideal versi kamu?
Islah: Minimal 8-10 juta itu sudah bisa beli barang-barang dan sisanya disisihkan buat tabungan.
Regentino, 25 tahun
Barisan: Apakah Anda khawatir dengan biaya hidup saat ini?
Regentino: Dengan pendapatan saat ini tentu ada rasa khawatir. Terlebih, saya itu anak pertama yang menopang keuangan keluarga dan ada beberapa adik.
Barisan: Saat ini tinggal sendiri atau sama orang tua?
Regentino: Masih sama orang tua.
Barisan: Kalau untuk ngontrak di luar, pendapatan sekarang masih cukup?
Regentino: Masih. Malah kepikiran mau sambil bangun bisnis kalau hidup sendiri.
Barisan: Pendapatan sekarang UMR atau di atas UMR?
Regentino: Di atas UMR.
Ziah, 28 tahun
Barisan: Apakah kamu khawatir dengan biaya hidup?
Ziah: Kekhawatiran sih ada. Apalagi kalau dengar tahun depan akan ada resesi. Meski, belum paham betul maknanya, tapi cukup bikin waspada. Kalau dengan pendapatan sekarang, Alhamdulillah, bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan sedikit bantu orang tua. Soalnya, tinggal sama ortu terus jarang jajan dan mostly WFH.