Ada Akbar Tanjung yang condong ke politik. Adi Sasono berkecimpung dalam sosial kemasyarakatan. Atau juga Bang Imad (Imaduddin) yang aktif di gerakan dakwah mahasiswa. Mereka semua adalah kader HMI tapi dengan karakternya masing-masing dan berkiprah ditempat mereka masing-masing.
Hal itu berlanjut ketika mereka menjadi alumni dan berkiprah di akademisi, politik, NGO, pengusaha, birokra, dan lain-lain.
Keragaman kader adalah bentuk pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Ini seiring dengan gagasan pendidikan Ki Hajar Dewantoro tentang tujuan pendidikan yang memerdekakan peserta didik.
Ki Hajar Dewantoro juga berpendapat bahwa setiap anak hidup dalam kodratnya sendiri. Pendidikan hanya merawat dan menuntun anak pada kodratnya. Maka di situlah, sebagai wahana pendidikan (sekolah) tak ada penyeragaman di HMI. Keunikan pribadi harus tumbuh dan terjaga. Setiap kader harus menjadi dirinya. [dmr]