BARISAN.CO – Nama Ubedilah Badrun mendadak ramai menjadi perbincangan setelah ia berani melaporkan kedua putra Presiden Joko Widodo ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Pelaporan Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep atas dasar relasi bisnis anak Presiden dengan grup bisnis yang diduga terlibat pembakaran hutan.
Rupanya, Ubedilah bukan sembarang aktivis, pria kelahiran Idramayu, 15 Maret 1972 adalah akademisi, analis sosial politik, dan aktivis gerakan mahasiswa di zamannya.
Tak heran, ia selalu berani menyuarakan apa yang dianggapnya benar. Ubedilah memang terkenal sudah sangat berani sejak duduk di bangku kuliah.
Sepak Terjang Ubedilah Badrun
Saat menjadi mahasiswa, ia pernah menjadi pimpinan simpul gerakan demonstrasi menuntut Harmoko diadili dan Golkar dibubarkan di depan gedung Kejaksaan Agung pada tahun 1995. Polisi pun langsung menciduknya dan membubarkan aksi tersebut. dan
Pada 26 Desember 1997, ia memimpin demonstrasi menolak pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden RI.
itu merupakan sosok yang ikut membidani lahirnya Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ) yang merupakan organisasi penting dalam pergerakan reformasi 1998.
Para aktivis Jakarta kala itu menjulukinya sebagai Idiolog FKSMJ, organisasi yang juga memiliki hubungan kultural dengan keberadaan FKPMJ (Forum Komunikasi Pers Mahasiwa Jakarta) dan FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta).
Saat itu, dosen Sosiologi Politik tersebut juga aktif di HMI MPO Cabang Jakarta. Tercatat pernah menjabat sebagai Ketua HMI Cabang Jakarta tahun 1997-1998. Dan Ketua Umum HMI MPO badan koordinasi (Badko) Jawa bagian barat tahun 1998-1999.
Ubedilah tercatat pernah mengikuti kuliah di beberapa perguruan tinggi antara lain di Ma’had Alhikmah Jakarta (1994-1995). Ia juga mengambil program Extension Course di STF Driyarkara Jakarta pada 1995-1997. Ia menyelesaikan S1 di FPIPS IKIP Jakarta (sekarang UNJ) tahun 1998.
Tahun 2003 menyelesaikan S2 di Program Pascasarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI).
Berbeda dengan tokoh aktivis lainnya yang memilih masuk ke partai politik dan masuk menjadi anggota DPR. Ia lebih memilih jalan hening untuk menjadi guru, membentuk karakter anak bangsa dan menggeluti dunia tulis menulis.