“Gelombang panas tidak hanya sangat tidak nyaman, tetapi juga mematikan bagi orang-orang yang memiliki kerentanan yang meningkat,” ujar Romanello.
Panas ekstrem juga menyebabkan orang tidak dapat bekerja, dengan 470 miliar jam kerja hilang secara global pada tahun 2021.
“Ini adalah peningkatan sekitar 40% dari tahun 1990-an dan kami memperkirakan pendapatan terkait dan kerugian ekonomi sekitar $ 700 miliar,” lanjutnya.
Sekitar 30% lebih banyak tanah sekarang dipengaruhi oleh peristiwa kekeringan ekstrem, dibandingkan dengan tahun 1950-an.
Periode panas pada tahun 2020 dikaitkan dengan 98 juta lebih banyak orang yang tidak dapat memperoleh makanan yang mereka butuhkan dibandingkan dengan rata-rata dari tahun 1981-2010 dan proporsi populasi global yang mengalami kerawanan pangan juga meningkat.
“Pendorong terbesar dari ini adalah perubahan iklim,” kata Romanello.
Laporan tersebut juga mencatat dampak krisis iklim terhadap penyakit menular. Tercatat, pada periode ketika malaria dapat ditularkan menjadi 32% lebih lama di daerah dataran tinggi Amerika dan 15% lebih lama di Afrika selama dekade terakhir, dibandingkan dengan tahun 1950-an. Kemungkinan penularan demam berdarah naik 12% selama periode yang sama.
Laporan Lancet melacak sistem bahan bakar fosil. Ditemukan, 80% dari 86 pemerintah yang dinilai menyubsidi bahan bakar fosil, memberikan total US$400 miliar pada tahun 2019. Subsidi ini lebih besar daripada pengeluaran kesehatan nasional di lima negara, termasuk Iran dan Mesir, dan lebih dari 20% pengeluaran kesehatan di 16 negara lain.
“Pemerintah sejauh ini gagal memberikan jumlah yang lebih kecil sebesar US$100 miliar per tahun untuk membantu mendukung aksi iklim di negara-negara berpenghasilan rendah,” catat laporan tersebut.
Laporan itu mengatakan, strategi dari 15 perusahaan minyak dan gas terbesar tetap sangat bertentangan dengan mengakhiri darurat iklim, terlepas dari klaim dan komitmen iklim mereka.
“Strategi saat ini dari banyak pemerintah dan perusahaan akan mengunci dunia ke masa depan yang lebih hangat, mengikat kita pada penggunaan bahan bakar fosil yang dengan cepat menutup prospek dunia yang layak huni,” papar Prof Paul Ekins di UCL.
Romello menjelaskan, memotong pembakaran bahan bakar fosil dengan cepat tidak hanya akan mengurangi pemanasan global tetapi juga memberikan manfaat kesehatan langsung.
“Seperti mencegah satu juta atau lebih kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara dalam setahun,” jelasnya.
Laporan itu menambahkan, perubahan pola makan kaya nabati di negara maju akan mengurangi separuh emisi dari daging merah dan produksi susu dan mencegah hingga 11,5 juta kematian terkait pola makan setahun.