Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Syarat dan Makna Tobat Nasuha, Inilah Jalan yang Harus Dilalui Menurut Al-Ghazali

Redaksi
×

Syarat dan Makna Tobat Nasuha, Inilah Jalan yang Harus Dilalui Menurut Al-Ghazali

Sebarkan artikel ini

Begitu pula dalam hubungan antara Allah Swt dan para hambanya. Allah Swt tidak mau menerima hadiah berupa ibadah dari para hambanya tanpa si hamba melakukan tobat, sebab tobat itu utama dari seorang hamba yang telah berdosa.

Maka bagaimana Allah swt akan meneriam hadiah ibadahmu, sementara hutangmu (tobat) yang sudah jatuh tempo belum juga engkau bayar?

Begitu juga sang Imam Al-Ghazali menjelaskan betapa pentingnya tobat nasuha. Ada sebuah pertanyaan tentang makna tobat nasuha, adapun pertanyaan tersebut yakni:

Apakah tobat nasuha ada batasannya dan apa yang harus dilakukan oleh seorang hamba agar ia terbebas dari semua dosanya?

Imam Al-Ghazali menerangkan tobat adalah salah satu tindakah hati. Seperti dikatakan para ulama, tobat adalah memebrsihkan hati dari perbuatan dosa.

AllahSwt berfirman dalam surah An-Nisa ayat 110:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 110).

Allah swt berfirman dalam surah At-Taubah ayat 104:

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Artinya: “Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?.” (QS. At-Taubah: 104).

Lebih lanjut Imam Al-Ghazali menerangkan tentang empat (4) syarat tobat, yakni:

Pertama, berusaha untuk tidak melakukan dosa lagi. Ia mengikat hatinya dengan kuat dan meninggalkan keinginan bahwa ia tidak akan mebali kepada dosa tersebut sama sekali.

Kedua, ia bertobat dari dosa yang pernah ia lakukan sebelumnya. Sebab, jika ia belum pernah melakukan dosa tersebut, maka berarti ia menjaga diri darinya, bukan bertobat.

Ketiga, dosa yang disesali oleh seorang hamba sekarang adalah memiliki kedudukan dan derajat yang sama dengan dosa yang pernah ia kerjakan di masa lalu dan ingin ia tinggalkan.

Keempat, bahwa tobat itu dilakukan semata-mata untuk mengagungkan Allah Swt dan menghindari kemurkaan serta siksa-Nya yang pedih. Bukan karena keinginan duniawai dan rasa takut kepada manusia. Juga bukan karena mencari pujian orang lain, mencari nama, kedudukan maupun jabatan.

Imam Al-Ghazali bahkan menjelaskan prasyarat taubat ke dalam tiga prasyarat tobat seorang hamba. Adapun tiga prasyarat tobat tersebut adalah: