Scroll untuk baca artikel
Blog

Tantangan Dakwah di Era Post Truth

Redaksi
×

Tantangan Dakwah di Era Post Truth

Sebarkan artikel ini

Para dai perlu melek atau literasi digital. Manakala tidak memiliki kompetensi teknologi digital, sulit untuk dapat mengetahui adanya fenomena truthiness, hipokrisi atau kemunafikan. Pentingnya literasi digital karena media yang digunakan  untuk mengekpressikan perilaku hipokrisi kini lebih banyak melalui teknologi digital, khususnya media sosial (Medsos). Peran juru dakwah dalam menghadapi hegemoni narasi hipokrisi adalah menawarkan dan menyajikan kontra narasi yang makin variatif, menarik, berisi dan atraktif.

 Selain itu, juru dakwah harus mempunyai pengetahuan, pemahaman, wasasan dan keterampilan tentang politik dakwah (dakwah siyasiyah). Hal ini sangat diperlukan karena sebagian isu atau materi dakwah pasti akan bersentuhan dengan politik. Jika sudah demikian adanya, dipastikan akan pihak atau kelompok tertentu yang senang atau tersinggung. Politik dakwah sangat diperlukan agar para juru dakwah tetap waspada dan tidak terjebak menjadi aktivis politik yang bisa berdampak negatif terhadap aktualisasi fungsi juru dakwah.

Lagi pula, pesan dakwah yang diusung oleh para juru dakwah sejatinya bukan untuk dukung-mendukung  atau tolak-menolak seseorang atau kelompok, melainkan untuk menegakkan tegaknya kebenaran dan keadilan. Maka idealnya, juru dakwah adalah orang-orang yang independen dan non parsial secara politik agar tidak terpengaruh dengan kepentingan politik tertentu. Tetapi jika ingin berpolitik praktis sekaligus juru dakwah, monggo. Sepanjang dapat dilakukan secara rasional, profesional dan proporsional.

Dalam implementasinya,  politik dakwah tidak boleh dibarengi dengan agenda terselubung (hidden agenda) atau kepentingan politik praktis atau pragmatis dari para juru dakwah itu sendiri. Sebab, selain dapat menegasikan spirit keikhlasan, dampak negatifnya dakwah bisa mengalami distorsi dan deviasi dari misi sucinya (mission sacred) sebagai penyeru amar ma’ruf nahi munkar. Sebaliknya justeru makin memberi kontribusi bagi makin maraknya fenomena dan realitas truthiness, hipokrisi atau kemunafikan. Wallahu ‘alam bissawab. [rif]