BARISAN.CO – Webinar yang digelar Indonesia Corruption Watch (ICW) disusupi peretas kemarin (17/5/2021). Di tengah forum bertema Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai tersebut berlangsung, tepatnya di menit ke-50 ketika mantan Wakil Ketua KPK M. Jasin sedang mengutarakan pandangannya, tiba-tiba layar utama Zoom beralih ke potongan video porno.
Peretas yang memutar video tersebut menggunakan nama mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad. Menurut keterangan, akun fake ini terlihat berkali-kali berusaha mengganti layar utama sebelum akhirnya berhasil.
Peneliti ICW Wana Alamsyah membenarkan serangan peretasan itu. Menurutnya, sejak awal, banyak orang yang menggunakan nama panelis eks pimpinan KPK untuk bisa masuk dalam diskusi tersebut.
“Untuk zoom kami melihat ada orang-orang yang menggunakan nama para panelis untuk masuk. Diduga bukan dia. Jadi ada orang yang menggunakan nama tersebut lalu masuk dan menampilkan gambar semacam itu,” ujar Wana, Senin (17/5/2021), dikutip dari CNN Indonesia.
Dalam keterangan Wana, selain menggunakan nama samaran Abraham Samad, banyak pula yang menggunakan nama-nama mantan peneliti ICW seperti Tama S. Langkun dan Febri Diansyah untuk coba masuk dalam diskusi tersebut.
Teror peretasan tak berhenti di situ. Kata Wana, para peretas juga mematikan mikrofon dan video para pembicara. Peretas juga membajak akun ojek online milik Nisa Riskiah, moderator diskusi, dengan tujuan mengganggu konsentrasinya.
Selain itu, peretas juga mengganggu para pembicara dan peneliti ICW dengan menelpon berulang-ulang. Bahkan peretas juga berusaha mengambil alih akun Whatsapp, Telegram, serta email para peneliti ICW.
“Teror itu menggunakan nomor telepon luar negeri dari Amerika Serikat dan puluhan kali dari nomor asal provider Telkomsel,” kata Wana.
Bahkan sebelum diskusi dimulai, para pembicara pun sudah menerima teror dengan modus telepon tanpa henti. Itu terjadi di antaranya kepada bekas pimpinan KPK Busyro Muqoddas. “Dua jam penuh teror telepon bertubi-tubi,” kata Busyro Muqoddas.
“Indikasi kuat barusan HP saya juga dihack, diganggu-ganggu beberapa kali dan sejumlah teman (mengalami hal serupa) menjelang webinar ini,” lanjut Busyro.
Dalam waktu hampir bersamaan, teror panggilan telepon serupa juga dialami oleh Ketua Divisi Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur. “Panggilan tersebut berlangsung selama 30 menit tanpa jeda,” katanya.
Dalam pada itu, ICW berencana membawa masalah ini ke ranah pidana. ICW menduga, peretasan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak sepakat dengan advokasi masyarakat sipil terkait penguatan pemberantasan korupsi.
Menurut Wana Alamsyah pembungkaman suara kritis warga melalui serangan digital merupakan cara baru yang anti-demokrasi. “Maka dari itu, kami mengecam segala tindakan-tindakan itu dan mendesak agar penegak hukum menelusuri serta menindak pihak yang ingin berusaha untuk membatasi suara kritis warga negara,” ujar Wana Alamsyah. []