Scroll untuk baca artikel
Terkini

Keselamatan Siswa Harus Prioritas Rencana Sekolah Tatap Muka

Redaksi
×

Keselamatan Siswa Harus Prioritas Rencana Sekolah Tatap Muka

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah mengumumkan peraturan masuk sekolah awal tahun 2021 mendatang. Bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Nadiem ingin memastikan kebijakan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik di berbagai daerah.

Nadiem menegaskan, pada prinsipnya kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 ini tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat umum.

“Bagi daerah zona kuning dan hijau diperbolehkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka, tetapi juga tidak diwajibkan,” kata Nadiem.

Namun, ada pula keputusan berbeda menyangkut pembelajaran siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Meskipun pelaksanaan pembelajaran praktik menjadi keahlian inti mereka, maka diperbolehkan untuk menggelar sekolah tatap muka untuk semua daerah.

Pengamat pendidikan Dr. Sutrisno Muslimin mengatakan kesetujuannya bila sekolah tatap muka segera diadakan. Menurutnya, ada ketidakmerataan antara sekolah satu dengan sekolah lain yang hanya bisa diminimalisir dengan pertemuan tatap muka.

Ia mencontohkan akses internet, yang bagi sebagian besar siswa masih menjadi kemewahan. Beberapa pemerintah daerah sudah punya kesadaran menyediakan wifi gratis meskipun tetap penuh keterbatasan. Tapi, tidak semua pemda melakukannya, sehingga ketimpangan akses internet tetap menjadi hambatan.

“Di Jakarta dengan Pak Gubernur Pak Anies kita disiapkan wifi gratis untuk anak-anak belajar di rumah sehingga memudahkan siswa untuk belajar online. Sebaliknya, di daerah-daerah lain yang sulit mendapatkan wifi akan kesulitan dalam belajar online,” ujar Dr. Sutrisno Muslimin dalam mimbar virtual barisan.co, Selasa (24/11).

Dr. Sutrisno memberi catatan, jika benar pembelajaran tatap muka dilaksanakan, prinsip kesehatan dan keselamatan harus betul-betul menjadi prioritas.

“Kalau pemerintah daerah tidak siap atau tidak menjamin kesehatan dan keselamatan itu dengan baik, sebaiknya sekolah tidak melakukan pembelajaran tatap muka. Karena yang kita tahu, risiko penularan covid-19 ini sangat luar biasa sehingga hal ini harus menjadi pertimbangan,” kata Dr. Sutrisno.

Masalah Daring

Sejauh ini, banyaknya anak yang tidak sekolah namun tetap nongkrong bahkan pergi untuk nonton bioskop menjadi salah satu ke khawatiran bagi orang tua khususnya.

“Memang ironis nih di negara kita, ketika sekolah-sekolah dilarang tatap muka tetapi di sisi lain bioskop atau tempat nongkrong malah diperbolehkan dibuka. Padahal sekolah yang saat ini sudah banyak menerapkan protokol kesehatan bahkan jarak duduknya pun sudah diatur sedemikian rupa,” lanjut Dr. Sutrisno.

Dr. Sutrisno menganggap belajar daring ini makin lama makin mengkhawatirkan. Mengapa demikian? Banyaknya para siswa yang saat zoom meeting atau sedang mengikuti google classroom tidak mengaktifkan audio dan videonya.

Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, di mana anak-anak yang tidak mengaktifkan audio dan videonya pasti sedang melakukan aktivitas yang lain, misalnya sedang main handphone buka-buka sosial media, bisa sambil main game dan sebagainya.

Nah, di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan pada saat anak sedang belajar daring. Jangan sampai apa yang telah disampaikan oleh guru-guru pada saat belajar daring materinya tidak diterima dengan baik oleh siswanya.