Ketua PDIP, Megawati Soekarnoputri menilai stunting disebabkan karena kesalahan seorang ibu. Menurutnya, ibu-ibu zaman sekarang tidak tahu masalah gizi, hanya tahu makanan instan.
Sebagai seorang ibu muda, saya merasa sedih dan juga tersinggung. Kenapa?
Bu Mega seharusnya tidak menyalahkan satu pihak saja yaitu ibu. Bagi saya, urusan anak merupakan tanggungjawab bersama bagi orangtua yaitu ayah dan ibu. Tidak benar jika hanya Ibu saja yang disalahkan. Seperti begini, kalau anak membuat salah, ibu yang disalahkan. Ga benar kalau begitu. Anak itu hasil didikan dari orangtua. Bukan hanya ibu, tetapi ayah juga. Jadi, jangan membuat penilaian secara timpang. Harus seksama. Lagi pula, pernyataan Bu Mega tersebut seakan membenarkan bahwa tugas ibu mengurus anak sedangkan ayah mencari nafkah. Tidak bisa begitu.
Kedua, ibu-ibu zaman sekarang tidak tahu masalah gizi? Benarkah demikian?
Untuk itu kita harus melihat secara keseluruhan, jangan hanya yang diketahui saja. Apakah ucapan tersebut dapat dipertanggungjawabkan? Dapat dari mana datanya? Kok bisa-bisa langsung menarik kesimpulan seperti itu.
Saya salahsatu ibu yang jarang sekali memberikan makanan instan kepada anak. Saya bahkan membatasi anak saya yang sangat menyukai mi dengan memberikan ijin makan mi hanya seminggu sekali. Di rumah, kami membiasakan agar anak mau makan apa saja. Baik itu sayuran maupun lauk pauk. Sehingga saya menolak jika disebut tidak tahu masalah gizi apalagi makanan instan saja.
Lalu, misalkan ada ibu muda yang memberikan makanan instan kepada anak mereka. Seharusnya ditanya. Kenapa kok memberikan makanan instan? Apakah tidak tahu masalah gizi? Ada berbagai kemungkinan menurut analisa saya. Pertama, karena anak lebih menyukai makanan instan sehingga ibu memikirkan dibanding anak tersebut tidak mau makan, berikan saja. Kedua karena sisi efisiensi. Mi instan dibanderol mulai harga 2 ribu sedangkan untuk sayur dan lauk-pauk bisa minimal 5 ribu untuk sekali makan. Namun apakah mereka tidak tahu gizi? Belum tentu, Bu.
Jika kemungkinan pertama yang menjadi alasan, maka sebagai seorang ibu, mereka khawatir anaknya kelaparan sehingga memberikan makanan instan. Namun, jika kemungkinan yang kedua, ini persoalan ekonomi. Kesimpulannya, setiap orangtua inginkan yang terbaik bagi anak mereka. Memberikan makanan instan tidak berarti mereka tak paham akan gizi.
Lalu, apakah pemerintah sendiri baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sendiri sudah melakukan sosialisasi maupun memberikan jalan keluar terkait hal ini?
Penyebab stunting tidak hanya dari faktor kurangnya pengetahuan mengenai gizi. Beberapa faktor penyebab stunting diantaranya adalah ekonomi keluarga, kondisi lingkungan baik dari polusi udara, serta kurangnya air bersih dan sanitasi yang buruk. ‘
Berdasarkan data BPS, angka stunting tertinggi pada tahun 2019 terjadi di Nusa Tenggara Timur yang mencapai angka 43,8%. Ada faktor lain selain gizi yang menjadi penyebab tingginya angka stunting di NTT. Pertama, setiap tahun pada musim kemarau, 80 hingga 90% wilayah NTT mengalami krisis air bersih. Kedua, di beberapa pedalaman di NTT masih banyak rumah yang tidak memiliki jamban. Ketiga, NTT masuk 5 besar penduduk miskin terbanyak di Indonesia. Jadi nih Bu Mega, stunting itu bukan hanya disebabkan oleh ibu-ibu sekarang tidak tahu gizi, lho! Mungkin iya. Saran saya, Bu Mega perlu melihat faktor lainnya juga. Tidak bisa mendiskreditkan seperti itu. []