Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Uang Beredar Masih Bertambah

Redaksi
×

Uang Beredar Masih Bertambah

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COLikuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2020 sebesar Rp6.900,0 triliun, sebagaimana disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Jumat (22/01/2021). Meningkat dari November 2020 yang sebesar Rp6.817,5 triliun.

Posisi M2 tersebut tercatat tumbuh sebesar 12,44% dibanding Desember tahun lalu yang hanya sebesar Rp6.136,5 triliun. Pertumbuhan tahunan tertinggi sejak tahun 2014.

Uang beredar dalam hal ini merupakan kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk).

Publikasi Bank Indonesia menyajikan M2 terdiri dari tiga kelompok bentuk, yaitu: uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, dan surat berharga selain saham.

Posisi M1 mencapai Rp1.855,6 triliun atau 18,56%. Terdiri dari: uang kartal (kertas dan logam) di luar Bank Umum dan BPR, dan giro rupiah. Saat ini, uang elektronik yang diterbitkan oleh bank termasuk dalam data giro rupiah.

Posisi M1 tumbuh sebesar 18,5% pada tahun 2020. Lebih tinggi dari pertumbuhan keseluruhan (M2).

Komposisi uang beredar terbanyak berupa uang kuasi yang mencapai Rp5.021,2 triliun atau 72,77%. Uang kuasi terdiri dari 3 jenis, yaitu; simpanan berjangka dan tabungan baik yang berdenominasi rupiah maupun valas, serta simpanan giro dalam valas.

Posisi uang kuasi mengalami peningkatan 10,5% dari tahun lalu. Lebih rendah dari pertumbuhan M1 dan dari pertumbuhan keseluruhan (M2).

Bank Indonesia menginformasikan pula peningkatan M2 dipengaruhi oleh dua faktor, yang mengalami peningkatan signifikan, yaitu: faktor aktiva luar negeri bersih dan faktor aktiva dalam negeri bersih.

Aktiva luar negeri bersih didapatkan dari netto atau selisih antara tagihan dan kewajiban sistem moneter kepada bukan penduduk. Pada Desember 2020, nilainya mencapai Rp1.711,2 triliun. Lebih besar dari bulan sebelumnya dan setahun yang lalu.

Sedangkan untuk aktiva dalam negeri bersih memang masih didominasi oleh tagihan sektor lainnya, meski lajunya negatif. Termasuk dalam kategori ini faktor kredit kepada masyarakat. Kredit sebenarnya juga mengalami pertumbuhan minus atau berkurang.

Salah satu fenomena yang menonjol adalah faktor tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang mengalami peningkatan hingga 66,9% dibanding setahun lalu. Nilainya pada akhir tahun 2020 sebesar Rp818,7 triliun. Nilai bersih itu diperoleh dari total tagihan sebesar Rp1.417,7 triliun dan total kewajiban sebesar Rp599 triliun. []


Kontributor: Rachmawati
Editor: Ananta Damarjati