Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Ubin yang Menangis

Redaksi
×

Ubin yang Menangis

Sebarkan artikel ini

Niat saya ingin menghibur ubin-ubin berstiker yang lagi bersedih itu. Tetapi respons mereka tak terduga. Ramai-ramai mereka menyergah dengan suara yang meninggi.

“Masih beruntung ubin-ubin di rumahmu. Asal tidak kamu perlakukan bagai tanah kuburan mereka sudah senang.”

Et dah… Ubin-ubin ini berani nyindir juga. Jangan-jangan mereka memang tahu jika saya belum bisa konsisten berlama-lama membaca Al-Qur’an di rumah. Tak jarang satu juz harus dicicil berhari-hari.

“Kami beda!” ubin-ubin itu menegaskan.

“Kami adalah ubin-ubin di masjid yang sudah selayaknya dipakai untuk menunaikan shalat”

Bagaimanapun akan susah untuk memenuhi tuntutan menggilir letak stiker. Meskipun demikian ubin-ubin tanpa stiker saya kasih peringatan keras. Jika saya dengar masih melakukan bullying kepada ubin berstiker maka letak stiker akan kami geser.

Susah payah saya jelaskan mengapa shaf kami perlu berjarak. Menjaga jarak merupakan upaya untuk mengendalikan pendemi Covid-19 ini. Saya yakinkan mereka, baik ubin yang kami tempel stiker maupun tidak, punya peran penting masing-masing untuk mendukungnya. Jika saat ini memaksakan shaf tak berjarak bisa-bisa malah kami harus menutup masjid kembali.

Ubin-ubin berstiker juga saya mintakan pengertian susahnya jika harus memindah-mindah stiker. Terima kasih kepada ubin-ubin berstiker yang telah mau menerima keadaan dan bersabar atas kondisi ini. Syaratnya, tidak ada lagi perundungan dari ubin tanpa stiker. Sebagai apresiasi, saya berjanji akan menunaikan shalat rawatib di atas ubin berstiker.

Saat ini memang bukan kondisi ideal. Untunglah kami dipersatukan oleh perasaan yang sama. Kesedihan jika harus kembali menutup masjid untuk shalat berjamaah. Ubin-ubin itu juga merasakan kesedihan ketika masjid sepi dari jamaah.

Tak lupa kepada ubin-ubin itu saya bagi keyakinan jika setelah pendemi berlalu, jamaah akan lebih banyak lagi yang shalat di masjid. Virus yang tak bisa kami lihat ini telah mengajarkan betapa lemahnya manusia. Hanya perlindungan dari yang Maha Perkasa yang membuat kami bisa bertahan. Insyaallah akan menjadikan kami lebih mendekat kepada Allah Swt. Salah satunya, ya dengan datang memenuhi panggilan-Nya ketika adzan berkumandang di masjid. Semoga harapan yang diaminkan ubin-ubin ini terkabul.

Oh ya, ada salam dari ubin-ubin di masjid. Percayalah. Mereka akan sangat berterima kasih tatkala kening kita menciumnya dalam ketundukan penghambaan pada yang Maha Kuasa.

Depok, 10 Muharram 1442