Dan, Nabi saw. tidak membalas makian paman beliau itu, tapi Allah yang “tidak terima”, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab, sungguh ia telah binasa. Tiada berguna baginya sedikit pun, baik kekayaan ataupun hasil kerjanya. Ia akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala. Demikian juga istrinya yang suka membakar dengan fitnah. Pada lehernya terdapat tali sabut yang dipintal.” (Al-Lahab: 1-5).
Prof. Quraish memaparkan bahwa Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil Arwa binti Harb, memang selalu mengganggu Nabi. Ummu Jamil Arwa tak henti memfitnah, bahkan kerap menabur duri di jalan yang biasa di tempuh Nabi.
Ummu Jamil, seusai mendengar ayat tersebut dibacakan Nabi, ia meluruk beliau yang sedang duduk di masjid bersama Abu Bakar. Ia membawa batu yang hendak dilempar ke Nabi. Namun Tuhan menutup pandangan Ummu, sehingga tidak bisa melihat posisi duduk Nabi. Ummu hanya bisa memaki Nabi sebagai “yang tercela”.
Begitulah, Abu Lahab dan istri yang saya petik dari buku Membaca Sirah Nabi Muhammad karya M. Quraish Shihab. Abu Lahab yang di saat kelahiran Nabi, telah memerdekakan budaknya, saking bahagia mendengar anak saudaranya, Abdullah, itu lahir. Tapi justru kemudian, menjadikan Nabi sebagai musuh utama.
Abu Lahab akhirnya menjadi pemuka kaum musyrik yang gigih mengadakan pertentangan dengan ajaran yang dibawa Nabi saw. Ia menjadi musuh terbesar Nabi. Segala upaya pembunuhan atas Nabi pun dilakukan. Namun, Allah terus melindungi kekasih-Nya itu. Hingga, Abu Lahab pun meninggal usai Perang Badar karena diserang penyakit lepra.