PAM Jaya saat ini menyiapkan beberapa inisiatif baru untuk mencapai target pelayanan 100% tahun 2030.
BARISAN.CO – Masih banyak masyarakat terutama di Ibukota yang masih belum mendapatkan akses atas air. Mereka terpaksa membeli air dengan harga mahal untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti diketahui, tidak ada satu pun manusia yang mampu bertahan hidup tanpa air. Entah itu untuk minum, masak, atau mencuci pakaian.
PBB mengakui, akses atas air adalah hak asasi manusia. Setiap orang berhak memiliki akses ke air yang cukup, aman, dapat diterima dan diakses secara fisik, serta terjangkau bagi penggunaan pribadi dan rumah tangga.
Dalam UU 1945 Pasal 33 ayat (3) tertulis, “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Akan tetapi, dalam praktiknya, negara masih belum dapat memenuhi hak dasar air ini.
Pada Kamis (30/7/2022), PAM Jaya mengadakan hajatan 100 hari air mengalir di Kamal Muara, Jakarta Utara. Bertahun-tahun sudah, masyarakat di sana harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli air.
Pemenuhan hak dasar ini memang belum tuntas. Sebab, di Jakarta sendiri, cakupan pipa air belum mencapai 100 persen.
Sekretaris Badan Pengawas PAM Jaya, Yanto Ph.D mengungkapkan, untuk membangun dan mengelola infrastruktur ada banyak aspek yang perlu diperhatikan, terutama aspek non teknis yang selama ini menjadi kendala.
“Mengalirnya air di Kamal Muara merupakan bagian dari komitmen Gubernur Anies Baswedan dalam mewujudkan keadilan sosial yang dituangkan ke dalam kebijakan percepatan peningkatan cakupan layanan air bersih 100% pada tahun 2030. Diantaranya melalui penyertaan modal daerah kepada PAM Jaya untuk memberikan prioritas pelayanan untuk masyarakat berpengaruh rendah (MBR),” kata Yanto kepada Barisanco beberapa waktu lalu.
Dia menyampaikan, Kamal Muara merupakan salah satu titik terjauh yang harus dijangkau oleh sistem perpipaan. Patut diakui, biaya untuk investasi seperti ini sangat mahal. Maka, PAM Jaya mencari jalan untuk menekan biaya tersebut.
“Untuk mengalirkan air dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan debit memadai yang ada saat itu tentu dibutuhkan investasi yang mahal. Solusinya, PAM Jaya membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Hutan Kota yang mengambil air dari sungai di bagian hilir menggunakan teknologi lebih maju untuk memperbaiki buruknya kualitas air baku,” jelas Yanto.
Yanto menuturkan, SPAM Hutan Kota dibangun tahun 2016 dan kini telah melayani 12 ribu pelanggan yang tersebar di wilayah Kamal Muara, Kamal, Tegal Alur, Pegadungan, dan Muara Baru. Namun, itu masih belum cukup karena target pelanggan SPAM Hutan Kota ini sebanyak 30 ribu.
“Di sekitar Kamal Muara masih banyak yang bisa dilayani SPAM Hutan Kota. Saat ini, beberapa inisiatif baru yang sedang disiapkan untuk mencapai target pelayanan 100% tahun 2030, yang paling dekat disiapkan IPA Pesanggrahan dan IPA Ciliwung,” ungkap Yanto.
Bagi calon pelanggan yang ingin mendapatkan instalasi pemasangan air perpipaan ini, Yanto menyebut, setiap calon pelanggan dikenakan biaya sambung untuk setiap pemasangan baru.
“Subsidi biaya sambung diberikan kepada masyarakat yang memenuhi syarat,” ujarnya. [rif]