BARISAN.CO – Sebagai orang tua terkadang galau saat anak susah makan, hal ini ada sebab dan faktor mengapa terjadi demikian. Faktor kesusahan tersebut bisa jadi karena anak sedang fokus hal lain seperti menonton tv, mendengar suara hadnphone maupun dalam kondisi sakit. Berikut ini Barisanco akan menyajikan bagaimana menyiasati dan mengatasi anak susah makan.
Berikut ini pembahasannya berdasarkan kisah serorang ibu dan anaknya yang susah makan.
Zahra sangat mencemaskan anak pertamanya yang baru meninjak umur 2 tahun, kecemasan itu lantaran anaknya kini semakin sulit untuk makan. Zahra khawatir kalau-kalau perilaku itu jadi membiasa dan akhirnya akan mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Sebagai orangtua muda, Zahrapun sibuk konsultasi kesana-kemari untuk menangani perilaku anak kesayangannya itu.
Banyak orangtua yang merasa seperti itu, tak perlu terlalu khawatir, namun tetap harus diperkenalkan dengan gizi seimbang. Namun, bila nafsu makan anak menurun, harus dicari tahu penyebabnya. Apakah karena ada masalah pada pencernaan, atau hal lainnya.
Problema makan pada anak bisa berakibat buruk pada tumbuh kembangnya.
Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perutnya bisa menjadi indikasi bahwa anak berpeluang menderita kurang gizi. Indikator status kurang gizi dicerminkan oleh berat badan atau tinggi badan di bawah standar.
Cara mengatasi anak susah makan
Jika kebiasaan anak memilih makanan bukan karena masalah penyakit, yang paling mudah adalah dengan mengevaluasi menu yang dibuat untuk anak, jangan memasak yang itu-itu saja, variasikan menu makanan untuk anak, cari resep-resep dari buku-buku, koran, majalah, dan internet. Orangtua harus turun tangan mencoba sendiri resep-resep tersebut.
Orangtua seharusnya menyediakan makanan yang mengandung energi, karbohidrat, lemak, dan protein, serta vitamin. Tanpa vitamin, makanan yang diasup tidak akan optimal diubah menjadi energi. Seluruh faktor ini diperlukan untuk pembentukan otot, tulang, sel-sel organ, serta membantu penghantaran informasi di otak.
Kalsium dan protein merupakan zat gizi kunci untuk pertumbuhan fisik anak karena sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan otot. Protein juga dibutuhkan untuk perkembangan fungsi otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak.
Anak susah makan sendiri sebetulnya bisa disiasati. Kuncinya ada pada orangtua dan pengasuh anak. Misalnya, sejak anak berusia 6 bulan, orangtua atau pengasuh anak mulai memberikan makanan padat.
Nah, masa perkenalan ini harus terus-menerus dicoba dan dilakukan. Jangan misalnya baru sekali anak menolak makan sayur, terus tidak dicoba lagi. Bisa jadi, pada upaya yang kelima, baru anak mau makan sayur. Orangtua juga harus kreatif mencari pengganti dari jenis makanan yang tidak disukai anak.
Pola makan seimbang mengharuskan adanya karbohidrat, protein, lemak, ditambah sayuran dan buah. Kalau anak tidak mau makan nasi, bisa diganti dengan roti, kentang, atau pasta. Itu untuk karbohidratnya.
Atau kalau anak tidak suka ikan, bisa diganti daging dan sebagainya. Siasati juga penyajian makanan untuk si kecil. Misalnya, membuat sendiri bakso, kemudian di dalamnya dimasukkan wortel atau brokoli yang sudah dihancurkan dengan blender.
Perhatikan pula jam makan anak, jangan memberikan susu atau selingan makanan yang manis-manis mendekati waktu makan. Buat jadwal yang teratur dari pagi menjelang tidur, dengan antara 2-3 jam.
Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanannya. Mungkin dia sudah merasa kenyang. Jangan lupa, jadikan waktu makan sebagai hal yang menyenangkan serta selalu memberikan contoh pola makan yang baik.