TIDAKLAH berlebihan bila saya mengatakan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang menjadi calon presiden dari Partai Nasdem diserang bertubi-tubi, masif dan dari segala arah. Bahkan secara hiperbola bisa saya katakan serangan tidak hanya dari arah yang berlawanan tetapi dari delapan penjuru mata angin.
Saya heran dalam berbagai lembaga survei yang mengaku sangat kredibel dan berintegritas serta pemiliknya lulusan doktor Amerika Serikat — kadang memperlihatkan sejumlah penghargaan dan beragam rekor — selalu menempatkan Anies itu paling di urutan ketiga. Biasanya cuma tukar tempat saja: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Rasyid Baswedan atau Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Rasyid Baswedan.
Jadi ada guyonan di masyarakat yang memplesetkan iklan Teh Botol Sosro: Apapun lembaga surveinya, pemenangnya tetap Ganjar-Prabowo. Lucu sekali!
Kalau memang hasil lembaga survei seperti itu, kenapa takut dengan Anies sampai harus dinihilkan dari pencapresan? Betulkan seperti dikatakan analis politik Refly Harun banyak lembaga survei yang tidak jujur dan dibayar untuk mendegradasi Anies?
Ini pertanyaan retoris yang bisa dijawab langsung dengan fakta. Anies diserang buzzer ini sudah biasa, diserang tuduhan korupsi sudah pernah datang dan pidato di KPK. Anies juga dituduh tidak akan melanjutkan kebijakan Jokowi. Padahal ini sudah dibantah Anies bahwa pembangunan itu harus ada perubahan dan berkelanjutan.
Proyek atau program pembangunan tentu harus dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya. Apalagi kalau pembangunan itu bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Tetapi apakah pembangunan yang merugikan rakyat atau negara dalam jangka panjang masih harus dilanjutkan? Hanya orang bodoh yang membenarkannya.
Jadi, saya menduga memang ada ketidakjujuran dari lembaga survei selama ini. Dugaannya hasil survei yang dipublikasikan dengan yang disampaikan ke pemesan tidak sama. Karena itu serangan kepada Anies dan hasil survei seperti jakasembung alias gak nyambung. Seharusnya serangan diberikan kepada Anies bila hasil surveinya bertengger di urutan pertama. Baru logikanya masuk.
Menariknya upaya untuk menggagalkan Anies menjadi calon presiden serangannya secara sistematis tidak hanya bersifat secara pribadi tetapi juga lewat cara melingkar.
Sepertinya, cara menyerang secara pribadi kepada Anies kurang paripurna maka sasaran berikutnya adalah mengoyang Partai Nasdem dan calon mitra koalisinya, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
Tiba-tiba kini ada muncul lembaga survei jadi-jadian dan pemiliknya tak diketahui rekam jejaknya mempublikasikan surveinya. Intinya, Nasdem elektabilitasnya terus melorot setelah mencapreskan Anies. Belum lagi muncul pola pemberitaan dengan pengamat jadi-jadian yang terus memberitakan bahwa terjadi perpecahan atau keretakan atau apapun namanya sehingga tidak jadi deklarasi pada Hari Pahlawan 10 November 2022.
Saya tidak tahu apakah ini memang benar ada perpecahan atau memang mereka (Nasdem, Demokrat dan PKS) tengah mempermainkan perasaan para politikus oportunis dan peminta-minta restu.
Jangan-jangan dengan tuah Gagasan, Narasi dan Aksi serta kesolidan tiga partai ini, serangan dari delapan penjara mata angin ini dapat dikapitalisasi menjadi angin puting beliung untuk Pilpres 2024. Dan lahir peta baru. Semoga. [rif]