Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Aku Manusia yang Diberi Wahyu

Redaksi
×

Aku Manusia yang Diberi Wahyu

Sebarkan artikel ini

Lagian fakta ini juga tidak bisa ditampik, pertama nama janin yang dilahirkan itu adalah “Muhammad”, artinya “yang terpuji berkali-kali”. Kedua, sang ibu bernama “Aminah”, artinya “yang selalu merasa aman sehingga dapat memberi rasa aman”.

Ketiga, sang ayah bernama “Abdullah”, artinya “seorang pengabdi lagi alat yang dipakai Tuhan”. Keempat, sang kakek bernama “Syaibah al-Hamd”, walau lebih dikenal dengan nama Abdul Muththalib. Nama “Syaibah al-Hamd” berarti “orang tua yang terpuji”. Kelima, bidan yang membantu Aminah saat melahirkan bernama “Asy-Syaffa’”, artinya “yang sehat dan sempurna”. Keenam, kemudian yang menyusukan Muhammad saw. kecil selain Aminah adalah “Halimah”, artinya “seorang wanita yang lapang dadanya”.

Dari fakta tersebut, jelas bukan sebuah kebetulan, melainkan anugerah Allah, bahwa bayi yang dikandung Aminah, yang kemudian menjadi sosok agung itu sedari dini lekat dengan nama-nama yang bermakna baik. Hal ini jauh dari analisa psikologi atau dunia kedokteran paling modern sekali pun. Bahwa Muhammad saw. lahir dan lekat dengan sosok-sosok yang menjunjung kemuliaan. Sehingga wajar pula, anugerah Tuhan berupa fakta suprarasional kerap menyertai beliau dan kalangan yang melingkupi beliau.

Maka, jika dikisahkan Aminah mendengar suara-suara gaib yang menenangkannya, tidak menutup kemungkinan terjadinya sesuatu yang suprarasional telah mengiring istri Abdullah itu. Termasuk tatkala akan melahirkan, Aminah merasa dikelilingi oleh Maryam ibu Nabi Isa as, Asiah istri Firaun, dan Hajar ibu Nabi Ismail as. secara rasional logis tidak mungkin.

Tetapi fakta suprarasional bukan suatu yang tidak mungkin. Bukankah keluarbiasaan kerap terkisah pada sosok-sosok sebelum Muhammad saw. yang bakal jadi nabi? Juga, kita acap membaca keluarbiasaan Nabi Muhammad saw. berikut para kekasih Allah (sufi) yang bertebaran hingga hari ini.

Memang, akhirnya toh bukan keluarbiasaan itu yang terutama bagi umat Islam. Karena Nabi saw. telah diperintah untuk menyatakan, “Sampaikan bahwa aku aku adalah manusia seperti kamu, (bedanya) aku diberi wahyu.” (Al-Kahfi: 110).