Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Saat Anak Punya Idola, Orang Tua Perlu Waspada

Redaksi
×

Saat Anak Punya Idola, Orang Tua Perlu Waspada

Sebarkan artikel ini

Secara psikologis anak usia tujuh-12 tahun berada pada fase concrete operational. Anak dengan mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat. Itu kemudian bisa menjadi panduan bagi anak dalam bersikap dan berperilaku.

Pada periode itu, perkembangan kognitif anak makin baik sehingga mudah mengingat dan mencontoh berbagai hal menarik serta berperilaku seperti dari apa yang mereka lihat. Seperti tokoh idola anak, mereka cenderung meniru mereka.

Pada fase pertumbuhan, anak dan remaja sering mengidolakan sesuatu atau seseorang, misalnya tokoh film, tokoh kartun, atau selebritas. Tak jarang dari pengidolaan itu anak terobsesi pada tokoh kesayangan dan mengidolakan secara berlebihan.

Sebenarnya tak masalah jika yang diidolakan berdampak positif. Sebaliknya, kesukaan pada idola bisa menimbulkan obsesi dan fanatisme berlebihan. Bahkan mengaburkan identitas diri sendiri.

Penyebab

Ada beberapa penyebab anak obsesif terhadap idola, antara lain kebiasaan sehari-hari, kurang pengawasan, ketidakmampuan orang tua menyediakan diri sebagai model. Faktor itu menyebabkan anak dan remaja mencari tokoh di luar keluarga dan lingkungan primer untuk dijadikan pujaan hati atau idola. Ada pula tren yang selalu berkembang.

Sebagian besar tren mengarahkan dan memperkuat minat seorang anak untuk mengidolakan, bahkan fanatik terhadap idola. Melihat seseorang dielu-elukan membuat diri anak dan remaja mencari tahu tentang orang itu. Bila dia terbawa aura dan euforia pemujaan tokoh itu, dengan sangat mudah mengidolakan dan meniru sang tokoh secara mentah-mentah.

Dengan pengarahan dan pendampingan yang baik dari orang tua dan lingkungan, sangat mungkin anak memperoleh energi positif. Misalnya, dengan film atau lagu idola, si anak bersemangat belajar. Terlebih jika yang diidolakan memiliki beragam berprestasi, baik pendidikan maupun di dunia keartisan.