Kesusasteraan Nusantara
Masuknya agama Islam di Nusantara mewarnai perkembangan kesusastraan yang bercorak tulisan. Karya-karya kesusasteraan Nusantara juga dipengaruhi Islam yang dituliskan oleh penulis Islam Nusantara bertujuan menjadikanya sebagai media penyampaian Islam kepada pembacanya.
Para pemuka agama Islam memanfaatkan sastra untuk menyalurkan unsur-unsur pemikiran Islam ke masyarakat Nusantara. Penulis-penulis Islam menyalurkan karya-karya dari sumber peradaban Islam yang diterapkan dalam ide-ide keislaman yang ada di Nusantara kemudian karya-karya tersebut dijadikan media untuk berdakwah.
Banyak teks sastra yang tadinya bernafaskan Hindu Budha digubah oleh pujangga keraton menjadi bernafaskan Islam. Penggubahan dan penciptaan secara besar-besaran dalam suasana religius Islam di lingkungan keraton Jawa terjadi pada abad ke-18 dan 19 sewaktu kekuasaan keraton semakin terjepit secara politik oleh pemerintah kolonial Belanda.
Slamet Riyadi dalam bukunya Tradisi Kehidupan Sastra di Kesultanan menyebutkan diantara 1196 naskah koleksi Widya Budaya (perpustakaan keraton Yogyakarta) yang dapat diidentifikasikan sebagai karya Produksi Hamengku Buwono II sampai dengan Hamengku Buwono IX, berupa karya baru, saduran dan setengah saduran dan salinan. Naskah-naskah tersebut dikelompokkan atas naskah babad, silsilah, sastra, pewayangan, suluk, piwulang, primbon, jawuko, penanggalan, bahasa, dan tari.
Selain menulis naskah huruf Jawa, para sastrawan (umumnya abdi dhalem) juga menulis naskah dengan huruf Arab pegon, yaituhuruf Arab tanpa memakai sandangan (fatkhah, dhomah dan kasroh). Naskah yang ditulis dengan huruf Arab pegon antara lain serat Menak, serat Ambiya, produksi zaman Hamengku Buwono V dan hikayat Bayan Budiman yang tidak mencantumkan waktu penyalinan dan diperkirakan ditulis sesudah masa Hamengku Buwono V.
Ragam bahasa digunakan, bukan saja bahasa Jawa, namun juga menggunakan bahasa daerah lainnya. Berikut beberapa kitab yang memakai aksara Arab dan berbahasa daerah, koleksi perpustakaan Nasional Republik Nusantara; (1) Hikayat Sang Boma; (Arab – Melayu), (2) Hikayat Sultan Taburat; (Arab – Melayu), (3) Kutika; (Bugis dan Arab), (4) Undang-undang Johor; (Arab – bahasa Melayu).