Scroll untuk baca artikel
Opini

Batas Samar Antara Peduli dan Usil

Redaksi
×

Batas Samar Antara Peduli dan Usil

Sebarkan artikel ini

Setiap orang pasti pernah ikut campur atas masalah orang lain. Entah itu berbentuk kepedulian maupun keusilan. Sayangnya, bantuan terkadang tidak membantu sama sekali bahkan memperburuk keadaan orang lain yang mengalami kesulitan.

Saya pernah mengalaminya. Beberapa tahun lalu, ketika saya menganggap perlu untuk melindungi seorang teman. Namun, ternyata itu malah menjadi bumerang dan menyebabkan saya dimusuhi. Itulah alasan, terkadang berhenti mencampuri urusan orang lain ialah cara terbaik yang bisa kita lakukan.

Lalu apa bedanya peduli dan usil? Peduli memang berniat untuk membantu walaupun itu tak berarti apa-apa. Sedangkan usil terjadi saat seseorang ikut campur dalam urusan orang lain hanya karena mereka tidak bahagia dengan kehidupannya. Orang-orang seperti ini ingin terlibat meski sebenarnya hanya ingin melihat penderitaan di hidup orang yang mereka campuri urusannya.

Mereka yang tidak bahagia cenderung menikmati penderitaan orang lain dan itu akan menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk merasa lebih baik. Mereka tidak senang jika ada yang lebih baik kehidupannya dibanding mereka, tetapi sekalipun orang itu menderita dengan cara yang sama, itu bisa membuat lega.

Orang-orang usil inilah yang menjadi lintah secara emosional. Ikut campur dengan kehidupan orang lain dan bergembira atas penderitaan orang lain.

Lalu bagaimana menghindarkan diri dari sekadar usil? Mengutip today.com, sebelum ikut campur urusan orang lain, tanyakan tiga hal kepada diri Anda.

  1. Apakah Anda terlibat untuk kebaikan mereka atau diri sendiri?
  2. Apakah orang tersebut bahagia, meskipun perbuatan mereka tidak membuat Anda bahagia?
  3. Apa risiko jika Anda terlibat dengan mereka?

Ada banyak urusan orang lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita secara langsung. Namun sering kali, rasa ingin ikut campur lebih menguasai dalam diri kita.

Sekalipun itu adalah orang terdekat, kita tidak bisa selalu terlibat dalam urusan mereka. Seperti misalnya saat anak kita memiliki cita-cita. Sebagai orangtua, seharusnya kita membiarkan mereka memilih jalannya.

Tak jarang, komentar kejam yang kita anggap sebagai bentuk kepedulian dapat membawa seseorang ke jurang penderitaan yang jauh lebih mencekam. Parahnya lagi karena komentar maha benarnya warganet juga bisa menyebabkan orang lain memilih bunuh diri.

Itulah alasan, kenapa kita perlu untuk menyaring hal-hal yang terlihat maupun didengar untuk tidak selalu dicampuri. Terutama urusan yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita.

Kepeduliaan tak sekadar diungkapkan kata-kata, namun ikut campur urusan lain bukan berarti akan membantu. Itu juga tidak akan membuat kita lebih baik dari orang lain.

Ketika kita menawarkan bantuan pertolongan kepada orang terdekat pun, ketahuilah bahwa itu ada batasannya.

Kita tidak dapat serta-merta, misalnya, memberikan nasihat yang sebenarnya tidak orang lain butuhkan. Kita juga tidak bisa begitu saja mengontrol kehidupan orang ain dengan saran-saran yang kita berikan. Memang ini bukan termasuk usil, namun, kelewat peduli sering kali hanya berujung menjadi tirani itikad baik.

Untuk menghindari itu, kita harus memastikan terlebih dahulu bahwa urusan-urusan orang lain tersebut beririsan secara langsung terhadap kehidupan kita. Jika tidak, ada baiknya kita menjauh dan bahkan abaikan saja.

Tak perlu mencampuri hal-hal yang tidak perlu hanya untuk merasa kita lebih baik dari orang lain. Dan demikianlah penting bagi kita belajar kebijaksanaan dan rasa cukup dalam menyikapi segala sesuatu. []