******
Hal lain yang sering saya praktikan berupa mengucapkan kata-kata dengan disenandungkan seolah bernyanyi. Begitu pula sebagian buku dibacakan secara demikian. Sebagian senandung berdasar lagu-lagu yang saya tahu, terutama lagu anak-anak.
Kadang kemajuan anak cukup mengejutkan dan membuat kita senang dan menjadi makin semangat membantu mereka belajar. Ketika Ira baru berusia 2 tahun lebih beberapa bulan, saya sedang hamil anak yang kedua. Saya belum punya orang untuk membantu pekerjaan rumah, sehingga mencuci baju sendiri. Ira biasanya saya libatkan dalam aktivitas ini.
Suatu ketika, setelah cucian kering kami melipat pakaian kecil-kecil sambil bernyanyi. “Pat pat dilipat. Celana Ira dilipat-lipat”. “Pat pat dilipat. Baju Ira dilipat-lipat”. Begitu terus disesuaikan dengan pakaian siapa yang dilipat. “Pat pat dilipat. Kaos abah dilipat-lipat”. Tiba-tiba dia bertanya “Kaos abah beli di mana?” Rupanya dia belum pernah melihat kaos itu. Saya jawab. “Di Jakarta”. Dia lanjutkan lagunya. “Pat pat dilipat. Kaos abah yang beli di Jakarta dilipat-lipat”. Secara spontan saya berseru,“Wah, Ira pintar!”
Kejadian anak-anak kami mulai terbiasa merangkai kalimat sendiri, terjadi sejak usia dini. Biasanya anak-anak minta dibacakan buku cerita. Namun, suatu kerika Ira bertanya sambil menunjuk, “Jendela itu dari apa?” “Dari kayu”, jawab saya. “Bentuknya segi empat ya, mi?”, saya ingat hari sebelumnya telah mengenalkan bentuk lingkaran, segitiga dan segi empat. “Ya”, jawab saya. Dengan santai dia mengatakan “ Jendela yang dari kayu itu bentuknya segi empat”.
Sekali lagi, orang tua perlu membiasakan diri mengucapkan kata secara benar sejak dini. Bagus jika rajin menterjemahkan ucapan anak secara bebas dengan mengucapkan dalam bentuk kalimat. Tentu harus disertai kesabaran dan mengulang dengan berbagai prakiraan jika anak nampaknya tidak setuju dengan terjemahan tersebut. Semua dilakukan dengan suasana gembira, dan bernyanyi merupakan alat yang tepat. [rif]