Setelah beberapa hari di rumah dan menilai capeknya sudah hilang, baru lah saya ajak berbincang. Tentu saja setelah saya dan abahnya diskusi dan bersepakat terlebih dahulu. Perbincangan mulai tentang pengalaman dia selama di Jepang. Saya lebih banyak menyimak sambil sesekali bertanya tentang hal tertentu.
Sampai pada akhirnya, saya tanya, “Kata abah, Ira ingin kuliah di Jepang? Jurusan apa yang diinginkan?” Ira menjelaskan, “Aku mau ambil Teknik Kimia, Mi. Menurut informasi, Jepang dan Jerman yang terbaik dengan spesialisasi masing-masing.”
“Sejak bisa memilih sekolah, SMP dan SMA, aku selalu memilih yang menurutku terbaik. Universitas Tokyo selain terbaik di Jepang, ada kakak-kakak kelas yang akan membantu beradaptasi di sana.” Ira menambahkan alasannya.
Perbincangan berlanjut dengan kesempatan saya menyampaikan pendapat kami sebagai orangtua. “Ummi dan abah berharap Ira kuliah di Indonesia saja lebih dahulu. Nanti boleh melanjutkan S2 nya di Luar Negeri.” Kata saya.
Saya lanjutkan dengan penjelasan tentang alasannya adalah karena sejak SMP dan SMA, sebagian besar waktu Ira untuk kegiatan Olimpiade. Hal itu sebagai konsekwensi dari Ira yang tiap tahun ikut olimpiade sain hingga tingkat nasional, dan tiga kali pada tingkat internasional. Sekolah melarangnya mengikuti kegiatan lain yang dianggap menyita banyak waktu. Ditambah dengan masa pembinaan pada tingkat kota, provinsi dan nasional yang berhari-hari hingga beberapa bulan.
Saya dan abahnya menilai Ira sangat kurang kesempatan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang, selain komunitas olimpiade. Di lingkungan rumah pun tidak sempat meikuti kegiatan remaja. Penjelasan kemudian bermuara pada cita-cita Ira sendiri yang beberapa kali diungkapkan.
“Bukankah Ira ingin jadi orang yang berkontribusi besar dalam pendidikan dan kurikulum sekolah di Indonesia. Untuk mewujudkan itu secara baik, Ira harus mengenal Indonesia. Bagaimana kehidupan masyarakatnya serta apa yang mereka butuhkan. Ira yang sekarang masih kurang mengenalnya,” kata saya.
Secara persuasif saya menyampaikan agar Ira memikirkannya lebih dahulu. Selama beberapa hari tidak ada perbincangan tentang kuliah lagi. Sampai kemudian dia menyampaikan persetujuannya untuk kuliah di dalam negeri saja. Dia memilih nantinya akan kuliah di Teknik Kimia ITB.
Sebenarnya saya berharap dia mau kuliah di Teknik Kimia UGM saja. Bagaimanapun, sebagai ibu saya lebih senang jika anak gadisnya berkuliah di kota domisili kami saja, yaitu Yogjakarta. Apalagi sewaktu try out yang diselenggarakan Teknik Kimia UGM, Ira menjadi juara satu.