Dengan kepemilikan lebih dari 269.000 hektare lahan pertanian, Bill Gates menjadi pemilik tanah pertanian terbesar di AS, mengungguli banyak korporasi agrikultur.
Oleh: Lukni Maulana
(Pengkaji Sosial-Ekonomi dan Transformasi Digital)
BAYANGKAN sebuah masa depan di mana air yang Anda minum berasal dari kencing yang didaur ulang, nasi yang Anda makan berasal dari lahan milik satu orang, dan daging yang Anda beli adalah hasil rekayasa laboratorium milik korporasi.
Ini bukan imajinasi film fiksi ilmiah, melainkan arah nyata dunia hari ini. Sosok yang berdiri di balik sebagian besar inovasi dan akumulasi kekuasaan pangan ini adalah Bill Gates, miliarder teknologi yang kini lebih berkuasa dari sekadar seorang presiden.
Pada 2021, The Land Report mengungkap bahwa Bill Gates telah menjadi pemilik lahan pertanian terbesar di Amerika Serikat.
Dengan kepemilikan lebih dari 269.000 hektare, Gates bukan hanya berinvestasi pada perangkat lunak, tetapi kini pada sesuatu yang jauh lebih esensial: sumber makanan manusia.
Dari kentang hingga kedelai, lahan-lahan ini memproduksi bahan pokok yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan di banyak negara.
Gates beralasan bahwa ini adalah bentuk kontribusi terhadap ketahanan pangan global. Namun dari perspektif sosiologi kekuasaan, ini adalah bentuk baru agro-monopoli yang canggih.
Ketika kepemilikan terhadap alat produksi pangan terkonsentrasi pada satu orang, maka ia secara de facto dapat menentukan arah konsumsi dan pasokan global.
Inovasi Gates tak berhenti di tanah pertanian. Ia juga menjadi sponsor utama Omni Processor, alat yang mengubah kotoran dan urin menjadi air bersih.
Dalam demonstrasi pada 2015, Gates bahkan meminum air hasil daur ulang tersebut. Proyek ini kemudian digadang-gadang sebagai solusi sanitasi dan sumber air bersih untuk negara-negara berkembang.
Masalahnya bukan pada teknologi itu sendiri, melainkan pada relasi kekuasaan dan arah implementasinya.
Negara-negara yang menjadi sasaran justru adalah negara-negara yang selama ini mengalami subordinasi dalam sistem global.
Alih-alih membangun infrastruktur air bersih, mereka ditawari solusi daur ulang limbah oleh lembaga filantropi yang ironisnya berasal dari negara-negara dengan akses air bersih melimpah.
Gates juga aktif mendanai produksi daging sintetis, benih GMO, dan pupuk berbasis nitrogen produk-produk yang sangat tergantung pada laboratorium dan industri kimia tingkat tinggi.
Perusahaan seperti Impossible Foods tak hanya menggantikan peternakan tradisional, tetapi juga menandai beralihnya kontrol pangan dari petani dan peternak ke tangan investor dan teknolog.
Antara Inovasi dan Kolonialisme Modern
Di permukaan, berbagai langkah Gates dapat dilihat sebagai bentuk inovasi. Namun dalam kajian sosial-ekonomi kritis, ini adalah bentuk baru kolonialisme agro-kolonialisme digital.