Malpass berada di bawah tekanan yang meningkat sejak September 2021 saat dia menolak secara terbuka bahwa pembakaran bahan bakar fosil sedang menghangatkan planet ini.
BARISAN.CO – Belum lama ini, David Malpass mengumumkan akan mengundurkan diri dari jabannya pada bulan Juni. Dia memulai masa jabatan lima tahunnya sebagi Presiden Bank Dunia pada 9 April 2019, itu berarti hampir setahun sebelum jabatannya berakhir.
Di masa jabatannya, Malpass menerima kritik keras atas komitmen bank terhadap aksi iklim dan atas pandangan pribadinya tentang perubahan iklim.
Malpass berada di bawah tekanan yang meningkat sejak September 2021. Kala itu, dia menolak secara terbuka bahwa pembakaran bahan bakar fosil sedang menghangatkan planet ini.
Di sela-sela sidang umum PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), Malpass ditanya, apakah dia setuju dengan konsensus ilmiah tentang perubahan iklim.
Berulang kali, dia menghindari pertanyaan itu, hingga mencemooh para hadirin, sebelum akhirnya menjawab, “Saya bukan ilmuwan”.
Kepergiannya terjadi saat Bank Dunia mengisyaratkan niatnya untuk menjadikan aksi iklim lebih penting dari misinya.
Dalam “peta jalan evolusi” yang diterbitkan pada bulan Januari, Bank Dunia mengatakan, harus mengembangkan misinya untuk mengatasi krisis yang dihadapi pembangunan dan mendukung aksi iklim.
Hal ini sejalan dengan seruan Bank Dunia dari AS, Jerman, dan pemerintah lainnya untuk meluncurkan “reformasi mendasar” dalam agenda iklimnya, yakni “mencapai rekor baru dalam pembiayaan iklim”
Malpass tidak menyebut secara jelas alasannya untuk pergi. Dia hanya menerbitkan dalam sebuah pernyataan, “Setelah berpikir panjang, saya telah memutuskan untuk mengejar tantangan baru”.
Malpass mengaku bangga dengan apa yang dicapai selama masa jabatannya.
“Kami telah bekerja keras untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi beban utang pemerintah, dan meningkatkan taraf hidup di seluruh pembangunan manusia”, katanya.
Dia juga menambahkan, di bawah kepemimpinannya, Bank Dunia telah mencapai rekor baru yang besar dalam tingkat pembiayaan, termasuk pembiayaan iklim.
Bank Dunia juga mengungkapkan, telah menyalurkan US$31,7 miliar pada tahun fiskal 2022 untuk membantu negara-negara mengatasi perubahan iklim atau meningkat 19% dari periode sebelumnya.
Namun, bagaimanapun, Bank Dunia mendapat kecaman karena menghitung pengeluaran iklimnya.
Penelitian Oxfam berdasarkan pendanaan iklim Bank Dunia pada tahun 2020 mengklaim, hingga 40% dari pengeluarannya tidak dapat diverifikasi secara independen.
“Grup Bank Dunia masih mendanai lebih banyak bahan bakar fosil dan mereka terus menerus mengunci negara-negara Global Selatan ke dalam kontrak bahan bakar fosil yang mahal dan tidak stabil melalui program pinjaman kebijakan yang mahal,” ungkap Bronwen Tucker, co manajer keuangan publik global, Oil Change International pada September silam.