Berdasar data PDB menurut lapangan usaha tahun 2021, terdapat 10 sektor yang tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Tiga sektor yang tertinggi justeru tidak termasuk memiliki porsi besar dalam PDB ataupun dalam penyerapan tenaga kerja.
Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh 10,46%, hanya berporsi 1,34% dari PDB dan menyerap 1,68% pekerja. Sektor Informasi dan Komunikasi yang tumbuh 6,81%, hanya berporsi dari 4,41% dari PDB dan menyerap 0,76% pekerja. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh 5,55%, hanya berporsi dari 1,12% dari PDB dan menyerap 0,22% pekerja.
Sementara itu, dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 2,02%. Artinya, komponen berporsi terbesar ini tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhannya pun masih jauh dari rerata lintasan normalnya, era tahun 2011-2019, yang di kisaran 5%.
Bahkan, nilai riil konsumsi rumah tangga pada tahun 2021 hanya sebesar Rp5.896,7 triliun. Lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp5.936,4 triliun. Sangat jelas konsumsi rumah tangga belum pulih. Apalagi jika diperhitungkan kondisi normalnya atau tumbuh sekitar 5% pada tahun 2020 dan 2021.
Komponen pengeluaran yang tercatat tumbuh luar biasa adalah ekspor barang dan jasa yang mencapai 24,04%. Padahal masih kontraksi atau tumbuh minus 8,14% pada tahun 2020. Bahkan sebelum pandemi, sempat alami kontraksi pada tahun 2015 (-3,42%) dan tahun 2019 (-0,48%).
PERTUMBUHAN BEBERAPA KOMPONEN PENGELUARAN
Sumber data: BPS, diolah
Fenomena pertumbuhan ekspor yang luar biasa pada tahun 2021 sangat terbantu oleh harga komoditas yang sangat tinggi. Dipengaruhi pula oleh kondisi beberapa negara yang masih cukup terkendala untuk ekspor, sehingga memberi kesempatan peningkatan ekspor bagi Indonesia.
Komponen pengeluaran yang tercatat tumbuh cukup tinggi adalah konsumsi pemerintah yang mencapai 4,17%. Namun karena porsinya hanya sekitar 9,14% dari PDB, maka kontribusinya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 0,34%.
Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 seperti yang dijelaskan di atas, maka tantangan pemulihan ekonomi tahun 2022 akan masih cukup berat. Pemulihan tidak hanya bergantung pada kebijakan otoritas ekonomi Indonesia, melainkan sangat dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global. [rif]