Scroll untuk baca artikel
Terkini

Dinobatkan Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, Mandalika Siap Atasi Sampah Wisatawan?

Redaksi
×

Dinobatkan Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, Mandalika Siap Atasi Sampah Wisatawan?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Pariwisata bisa memberikan peluang sekaligus tantangan. Di Mandalika misalnya.  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata yang berlokasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) ini menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara maupun lokal.  

Meski berhasil mengundang wisatawan namun Mandalika menghadapi berbagai permasalahan sampah. Berdasarkan data yang dipaparkan sampahlaut.id menunjukkan bahwa Mandalika menghasilkan sekitar 215,7 ton sampah per tahun.

Dari jumlah tersebut, sekitar 122,4 ton sampah per tahun merupakan sampah plastik. Jumlah ini setara dengan bobot dua pesawat terbang boeing 737.

Sementara menurut penelitian Komunitas Ddorocare, persentase marine debris (sampah laut) didominasi oleh sampah plastik, yaitu sekitar 58,6%.

Maka, program mengundang wisatawan seharusnya dibarengi dengan solusi pengelolaan sampah. Menurut Direktur Bank Sampah Bintang Sejahtera, Syawaludin, SE mengatakan dalam mengatasi sampah isa dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu minim sampah, ekonomi sirkuler, serta pelayanan dan teknologi.

Pada pendekatan minim sampah, perilaku masyarakat diubah dengan menerapkan zero waste. Sedangkan, pada ekonomi sirkuler, pemerintah menerapkan regulasi untuk memudahkan komunitas ataupun KSM melalukan kegiatan ekonomi terkait pengelolaan sampah. Kemudian, pada pelayanan dan teknologi dengan melakukan pengadaan teknologi daur ulang dan transportasi angkut sampah yang telat guna.  

“Tiga pendekatan ini dirasa efektif untuk dilakukan karena melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam penerapannya,” ujar Syawaludin pada acara EcoRanger Talkshow Series 4.0 yang digelar Greeneration Foundation pada Kamis (9 September 2021).  

Seperti yang dilakukan pemerintah NTB. Saat ini mereka sedang menggalakkan gerakan NTB bersih dan hijau untuk mengubah sudut pandang masyarakat dengan membangun bank sampah.

“Melalui gerakan ini, pola pikir bahwa sampah bukan musibah tapi peluang diciptakan agar seluruh pihak baik pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha berlomba-lomba mengubah sampah menjadi barang yang bernilai,” pungkas Dr. Ir. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd.

Pemerintah NTB juga melakukan upaya memaksimalkan potensi pariwisata Mandalika serta kelestarian lingkungan. Untuk menyelaraskan perkembangan pariwisata dan keberlanjutan lingkungan, pemerintah NTB menerapkan sistem Cleanliness, Health, Safety, and Environtment Sustainability (CHSE) dalam kampanye Green Tourism.

Selain itu, Mandalika menerapkan strategi industrialisasi pengelolaan sampah. “Peluang ekonomi menjadi kesempatan untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai. Hal ini menjadi salah satu tanggung jawab seluruh pihak yang menghasilkan sampah. Sampahku tanggung jawabku,” ujar Kepala Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan, DLHK NTB, Firmansyah, M.Si.

Direktur Eksekutif Greeneration Foundation Ryan Yovantra sangat mendukung upaya pemerintah NTB tersebut. Menurutnya dalam mengatasi masalah sampah di destinasi wisata perlu melibatkan seluruh elemen masyarakat.

“Indonesia menjadi negara penghasil sampah terbanyak kedua di dunia. Pariwisata sebagai sektor yang berdampak pada kerusakan lingkungan membutuhkan solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan mengedepankan semangat kolaborasi dalam beraksi. EcoRanger Talkshow Series adalah sarana untuk berbagi info terbaru dan edukasi pariwisata berkelanjutan di KSPN,” katanya. [ysn]