Ekonom Awalil Rizky menilai bahwa sektor industri pengolahan di era Jokowi mengalami penurunan signifikan, gagal mencapai target pertumbuhan, dan menunjukkan tanda-tanda deindustrialisasi prematur yang semakin memburuk.
BARISAN.CO – Ekonom dari Bright Institute, Awalil Rizky, mengungkapkan pandangannya mengenai kondisi sektor industri pengolahan di Indonesia selama era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dalam opininya, Awalil menyoroti bahwa sektor industri pengolahan mengalami penurunan signifikan dan gagal memenuhi target pertumbuhan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 dan 2020–2024.
Menurut Awalil, sektor industri pengolahan yang awalnya diharapkan tumbuh hingga 8,6% pada tahun 2019, justru hanya mencapai 3,8%.
Penurunan ini tidak hanya terjadi pada laju pertumbuhan, tetapi juga dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Target awal porsi industri pengolahan yang diharapkan mencapai 21,60% pada tahun 2019 malah turun menjadi 19,70%. Kondisi ini semakin diperburuk dengan pandemi Covid-19, yang membuat target untuk 2024 juga diprediksi tidak akan tercapai.
Awalil menyebut fenomena deindustrialisasi prematur sudah berlangsung sejak 2002, namun laju deindustrialisasi semakin cepat pasca-2009, meski pemerintahan Jokowi menyadari dan berusaha membalikkan tren tersebut.
Dua RPJMN berturut-turut menargetkan pertumbuhan industri lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi, serta menekankan pentingnya hilirisasi dan reindustrialisasi. Namun, upaya ini dinilai belum membuahkan hasil yang diharapkan.
Dalam dokumen teknokratis RPJMN 2025–2029 yang disusun pada Maret 2024, pemerintah mengakui bahwa industrialisasi belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
“Ada berbagai isu strategis yang menghambat pengembangan sektor industri pengolahan, termasuk inefisiensi faktor produksi, rendahnya nilai tambah produk, dan keterbatasan adopsi teknologi,” jelas Awalil.
Selain itu, rendahnya produktivitas tenaga kerja akibat mayoritas tenaga kerja berpendidikan menengah ke bawah menjadi tantangan besar bagi industri padat karya di Indonesia.
Banyak subsektor manufaktur yang tumbuh justru berbasis teknologi rendah, yang porsinya mencapai lebih dari separuh sektor industri pada 2023.
Awalil menyimpulkan bahwa pemerintahan Jokowi gagal mengatasi deindustrialisasi, dan upaya reindustrialisasi belum mampu membangkitkan sektor industri pengolahan secara signifikan.
Kendati demikian, ia berharap pemerintah ke depan dapat lebih serius dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut demi memperkuat struktur industri di Indonesia. []
Selengkapnya baca:
https://barisandata.co/analisis/3442/sektor-industri-makin-terpuruk-pada-era-jokowi/