Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Terkini Lingkungan

Gaya Hidup Rendah Karbon dalam Mengolah Sampah

:: Ananta Damarjati
9 Mei 2021
dalam Lingkungan
Gaya Hidup Rendah Karbon dalam Mengolah Sampah

Ilustrasi: Waste4change.

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Ekonomi hijau dan pembangunan rendah emisi jelas merupakan istilah yang menarik belakangan ini. Ia jadi buzzword yang diucapkan mulai kepala negara sampai kepala daerah. Ia diupayakan serius oleh minoritas kreatif ataupun lembaga peduli.

Sayangnya, istilah yang terhimpun dalam gugus besar isu perubahan iklim ini masih terkesan elitis, juga terdengar agak teknokratik. Barangkali lantaran itulah ‘pembangunan rendah emisi’ lumayan gagal diterjemahkan sebagai aksi yang mudah dicerna akar rumput.

Namun, bukan berarti masyarakat tidak mengerti isu ini. Justru sebaliknya, bahkan sejak lama masyarakat telah terlibat aktif dalam upaya melindungi bumi dari ancaman perubahan iklim akibat meningkatnya efek gas rumah kaca.

Keterlibatan masyarakat itu boleh jadi tidak pernah terucap ataupun diorientasikan secara khusus untuk mengatasi perubahan iklim. Tapi, pelaku-pelaku ekonomi subsisten seperti pemulung misalnya, terbukti telah berhasil membentuk pola yang mendapat legitimasi sebagai praktik mengelola sampah yang ‘benar’ secara ekologis.

BACAJUGA

penghasil emisi

Selain Penghasil Emisi Terbesar, Orang Kaya Perparah Ketimpangan

2 Februari 2023
Sekolah Net Zero Carbon

Anies Remikan 4 Sekolah Net Zero Carbon, Wujud Komitmen Nol Emisi Karbon

28 September 2022

Sekurang-kurangnya sejak Orde Baru, pemulung telah dianggap berjasa terhadap kebersihan lingkungan lewat aksinya memilah-milah limbah organik dengan anorganik. Oleh Presiden Soeharto, bahkan pemulung diberi julukan ‘Laskar Mandiri’ atas kemampuannya menciptakan lapangan pekerjaan untuk diri sendiri.

Pemulung juga menjadi ujung tombak industri limbah. Dikutip dari Kompas yang merujuk buku Dinamika Ekonomi Informasi di Jakarta (CPIS, 1994), sampah pemulung dijual ke pelapak yang menjadi perantara tingkat pertama. Pelapak menjualnya ke pemasok yang bertugas menyalurkan bahan-bahan daur ulang kepada bandar.

Bandar lantas mendistribusi limbah kepada pemroses plastik yang akan mengolah limbah plastik menjadi bijih plastik siap jual. Rantai terakhir dari ekonomi sirkular ini adalah produsen plastik yang memanfaatkan bijih plastik sebagai bahan baku produksi.

Perilaku Mengolah Sampah Rumahan

Arti penting kerja-kerja pemulung akan demikian terasa jika kita melihat lansekap makro entitas limbah.

Bagaimanapun, limbah adalah masalah serius setiap bangunan rumah. Berdasarkan data Global Footprint Network, setiap rumah menghasilkan 25 persen limbah yang menyumbang 39 persen Gas Rumah Kaca (GRK).

Sementara itu secara kumulatif pada tahun 2018, Indonesia menghasilkan sebanyak 127.077 GgCO2e limbah—atau setara dengan 8% dari total emisi GRK nasional.

Grafik 1: Emisi Gas Rumah Kaca 2018 (GgCO2e)
Chart by Visualizer

Sumber data: Laporan GRK KLHK 2018.

Sisi pelik dari total jumlah limbah itu adalah sebab 29,72% (37.765 GgCO2e) di antaranya merupakan limbah padat domestik dan 18,44% (23.432 GgCO2e) merupakan limbah cair domestik.

Artinya, nyaris separuh limbah nasional datang dari rumah kita sendiri-sendiri. Angka limbah domestik itupun masih lebih tinggi dibanding limbah yang datang dari aktivitas industri.

Maka, adalah benar bahwa Indonesia punya masalah dengan limbah. Dibutuhkan peran semua pihak, mulai dari individu, rumah tangga, komunitas, pemerintah, hingga sektor industri untuk mengatasinya.

Grafik 2: Emisi Sektor Limbah 2000-2018 (GgCO2e)
Chart by Visualizer

Sumber data: Laporan GRK KLHK 2018.

Soal ini menjadi menarik jika dikaitkan dengan kesadaran beberapa minoritas kreatif dalam mengelola limbah. Sebutlah misalnya Waste4Change, Jakarta Recycle Centre, Beberes, Bulksource, Rekosistem, dan Rebest Indonesia, yang berinisiatif menyediakan jasa pengangkutan sampah.

Tidak sebatas mengangkut, mereka juga memiliki strategi jangka panjang dalam upaya mengelola limbah secara bertanggung jawab. Waste4change, semisal, bahkan memiliki program daur ulang, home composting, riset, sampai melakukan edukasi kepada publik terkait pengelolaan limbah baik domestik maupun industri.

Selain nama-nama di atas, ada pula startup yang mengembangkan aplikasi pengelolaan sampah seperti MallSampah (Makassar), Angkuts (Pontianak), dan JuruSampah (DIY), maupun eRecycle (Jabodetabek).

Kehadiran mereka senapas dengan gerakan-gerakan berbasis komunitas yang sudah eksis terlebih dahulu. Begitupun mereka juga menambah gaung dari praktik luhur ‘bank sampah’ yang pada 2019, menurut catatan KLHK, telah berjumlah sekitar 11.239 unit bank dan tersebar di 34 provinsi.

Ilustrasi: Shuterstock.

Kenapa pihak-pihak minoritas kreatif ini penting, adalah karena mereka berhasil menegaskan kembali bahwa ada nilai ekonomis dari limbah. Mereka tak sekadar mengangkut sampah untuk akhirnya teronggok sebagai benda tak berharga di TPA, melainkan menyikapinya sebagai benda yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.

Sebetulnya, pemerintah sudah membawa semangat daur ulang sejak ditetapkannya Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Pasal 3 UU itu disebutkan: “Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.”

Dalam konteks ini, maka bukan tanpa alasan bahwa pemerintah wajib memberi dukungan. Bagaimanapun, peran fasilitasi pemerintah untuk memastikan praktik pengelolaan limbah yang bertanggung jawab teramat penting.

Apalagi, dengan fakta bahwa limbah di Indonesia selalu naik dari tahun ke tahun, itu menunjukkan betapa harus ada kebijakan yang tegas mengatur. Tentu saja pada gilirannya itu erat kaitannya dengan seberapa besar anggaran yang disediakan. Anggaran mengisyaratkan keberpihakan. Dan keberpihakan menegaskan komitmen.

Kajian Bappenas mengatakan, timbunan limbah akan dapat berkurang 21-54 persen pada 2030 jika praktik ekonomi hijau dapat digalakkan. Emisi GRK juga akan berkurang 7 persen.

Berita baiknya, Selasa (4/5/2021) beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo secara eksplisit bicara mengenai ekonomi hijau dalam arahannya di pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2021 di Jakarta.

Sekarang, dibutuhkan sinergi antarkementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk menerjemahkan arahan Presiden. Selain itu kolaborasi antarstakeholders, baik state actors maupun non-state actors seperti sektor swasta dan masyarakat sipil, juga perlu diperkuat untuk mendukung kebijakan transisi menuju ekonomi hijau.

Ke depan, limbah yang dihasilkan masyarakat akan semakin banyak seiring pertumbuhan populasi. Jika ekonomi hijau tidak disikapi serius sejak sekarang, tidak sulit membayangkan bagaimana limbah akan menyulitkan masa depan kita. []

Topik: Emisi KarbonGas Rumah Kaca (GRK)Limbah DomestikLimbah Industri
Ananta Damarjati

Ananta Damarjati

Warga negara Indonesia, tinggal di Jakarta

POS LAINNYA

penghasil emisi
Lingkungan

Selain Penghasil Emisi Terbesar, Orang Kaya Perparah Ketimpangan

2 Februari 2023
Ledakan Metana, Bencana yang Disebabkan Tangan Manusia
Lingkungan

Ledakan Metana, Bencana yang Disebabkan Tangan Manusia

1 Februari 2023
Karhutla 2023
Lingkungan

Waspada Karhutla Awal 2023, Tiga Provinsi Berisiko Tinggi

28 Januari 2023
Timbul Tenggelamnya Isu Penurunan Muka Tanah di Jakarta
Lingkungan

Timbul Tenggelamnya Isu Penurunan Muka Tanah di Jakarta

21 Januari 2023
Petani Kendeng kirim surat ke jokowi
Lingkungan

Tidak ke Gubernur Jateng, Petani Kendeng Surati Jokowi Menyoal Banjir Bandang Jawa Tengah

18 Januari 2023
Soal Ekonomi Hijau, Indonesia Tertinggal dari Afrika Selatan
Lingkungan

Soal Ekonomi Hijau, Indonesia Tertinggal dari Afrika Selatan

16 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
KH Sholeh Darat

28 Ramadan: Haul KH Sholeh Darat, Gurunya Ulama Tanah Jawa

Deretan Makanan Tinggi Kolestrol yang Perlu Dikurangi Saat Lebaran

Deretan Makanan Tinggi Kolestrol yang Perlu Dikurangi Saat Lebaran

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Penculikan Anak

Darurat Penculikan Anak, Ortu Wajib Lakukan ini Sebagai Antisipasi

4 Februari 2023
Hari Kanker Sedunia

4 Februari Hari Kanker Sedunia, Kemenkes Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

4 Februari 2023
analisa youtube shorts

Benarkah YouTube Short Bisa Menghasilkan Uang? Inilah Analisa Kebenarannya

3 Februari 2023
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
website foto gratis

7 Rekomendasi Website Foto Gratis, No Copyright untuk Konten dan Desain

3 Februari 2023
rhoma irama air putih

Rutin Minum Air Putih Hangat, Rhoma Irama Berhasil Diet

3 Februari 2023
kanti w janis

Tadaburan Novel Karya Kanti W Janis

3 Februari 2023

SOROTAN

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut
Opini

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

:: Yayat R Cipasang
3 Februari 2023

BANJIR Jakarta tidak sekadar bencana alam tetapi juga sudah sangat politis. Banjir dan cara penanganannya menjadi alat kampanye, glorifikasi atau...

Selengkapnya
Perlindungan PRT

Rentan Alami Kekerasan, Perlindungan Terhadap PRT Perlu Perhatian Serius

2 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

31 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang