Masa bunting ternak kelinci antara 28 sampai 33 hari atau rata-rata 31 hari. Masa istirahat atau waktu untuk mengembalikan kondisi setelah melahirkan kurang lebih hanya 10 hari, selanjutnya dapat dikawinkan kembali atau kurang lebih 50 hari dari masa istirahat. Dengan demikian dapat diperhitungkan bahwa satu pasang kelinci dapat beranak 4 kali dalam 1 tahun dengan jumlah anak setiap melahirkan ± 6 ekor.
Kelinci dapat dikandangkan dengan pola kandang susun atau biasa disebut dengan kandang battery. Sehingga tidak memerlukan lahan yang luas. 1 ekor Kelinci hanya butuh kandang dengan ukuran 40 cm x 50 cm x 70 cm.
Seekor Kelinci setiap harinya hanya memerlukan pakan sebesar 5-8 % dari bobot bandannya. Dan Potensi PRODUKSI PUPUK organik dari ternak Kelinci adalah ; Kelinci dengan berat badan 1 kg menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein.
Berdasarkan hasil diatas maka kotoran kelinci sangat potensi sebagai pupuk organik untuk tanaman. Keunggulan lain dari ternak Kelinci ia memiliki harga indukan yang relatif terjangkau oleh petani. Karena Kelinci bersifat prolifik (beranak banya) maka Petani selain mendapatkan pupuk organik secara murah, petani sekaligus juga memperoleh penghasilan tambahan dari penjualan anakan Kelinci atau Kelinci siap potong.
Harga Kelinci siap potong saat ini adalah Rp 30.000 per Kg bobot hidup. Jika dipanen memiliki bobot hidup 2 Kg maka sudah dapat diperkirakan berapa rupiah yang dapat diterima oleh petani sebagai penghasilan tambahan. Bukan hanya itu saja, petani dengan sendirinya juga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani secara mandiri.
Kembali pada kotoran Kelinci, menurut berbagai penelitian kotoran Kelinci memiliki berbagai nilai lebih dibandingkan dengan kotoran hewan ternak lain. Kotoran kelinci memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,47–7,52. Kandungan tersebut telah memenuhi standar kompos untuk tanaman sayuran dan tanaman pakan.
Hasil pemanfaatan pada tanaman kentang dan kubis rata-rata meningkatkan produksi sebesar 23,5% dibanding pupuk domba. Di beberapa tempat petani sudah mengaplikasikan kotoran Kelinci sebagai pupuk organik sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Petani sayuran di daera Ciwidey dan Lembang.
Di Bandung petani juga banyak memanfaatkan kotoran kelinci untuk pupuk strawberry, tomat dan sayuran. Untuk memasok kebutuhan pupuk organik dari kotoran Kelinci, petani di daerah tersebut secara mandiri memlihara kelinci dengan tujuan memperoleh kotorannya. Pemanfaatan limbah ini boleh dibilang menjadi rantai integrasi usaha sayuran-ternak berbasis kelinci di sentra-sentra produksi hortikultura.