Pesan universal dan hikmah peristiwa Isra Mi’raj dapat membawa kita kepada tahapan mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan fisik dan metafisik
BARISAN.CO – Perjalanan nabi Muhammad SAW dari Mekkah (Masjidil Haram) ke Yerussalem (Masjidil Aqsha) dalam peristiwa Isra dan Mi’raj selalu memunculkan pertanyaan yang diulang dan biasanya dijawab dengan singkat. Setiap tahun para muballigh, para ustadz, penceramah akan mengulang-mengulang cerita yang sama, dengan beragam gaya, ekspresi, namun sepanjang pengetahuan saya, konsep ceramah dan kontennya tidak pernah berbeda.
Pertanyaan tentang apakah nabi Muhammad menempuh perjalanan secara ruh saja, atau ruh dan jasad? Menjadi pertanyaan inti di dalam ceramah, dan dijawab secara sederhana dengan argumentasi historis dan linguistik. Sejatinya di era teknologi saat ini, pesan universal dan hikmah peristiwa Isra Mi’raj dapat membawa kita kepada tahapan mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan fisik dan metafisik.
Perjalanan secara ruh atau fisik? Sains memberi “pintu” bagi kita untuk memetik hikmah
Ada pendapat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan “kesadaran”. Yaitu bahwa nabi Muhammad hanya di”perjalankan” kesadaran dirinya menemui Sang Pencipta, Allah SWT. Karena pada malam Isra tersebut nabi sedang bersama Hamzah bin Abdul Muthallib dan Ja’far bin Abi Thalib.
Sebagaimana yang diceritakan dari riwayat Anas bin Malik tentang hadits Isra Mi’raj. Artinya pada malam itu wujud nabi berada di rumah bersama kedua lelaki tersebut. Namun disebutkan juga bahwa ada kesaksian dari para kafilah Quraisy Mekkah yang bertemu dengan nabi di padang gurun pada perjalanan mereka dari Yerusalem ke Mekkah.
Secara rasional nalar manusia yang terbatas, tidak mungkin nabi berada di beberapa tempat dalam bersamaan, atau waktu yang amat singkat, yaitu tidak sampai semalaman. Tapi, dalam perkembangan teori fisika modern, misteri itu mulai terungkap. Pada tanggal 5 Juni 1995 dilakukan pengujian partikel boson di laboratorium dengan menggunakan gas rubidium.