Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Jangan Abaikan Sektor Pertanian

Redaksi
×

Jangan Abaikan Sektor Pertanian

Sebarkan artikel ini

“Kinerja sektor pertanian tidak cukup baik pada tahun 2021, bahkan selama beberapa tahun terakhir. Terlebih subsektor tanaman pangan yang produksinya cenderung menurun, dan sektor tanaman hortikultura yang belum tumbuh secara optimal.” Awalil Rizky dalam kuliah daring yang diselenggarakan Pusat Belajar Rakyat pada Selasa sore (15/02/2022).

BARISAN.CO – Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tercatat tumbuh 1,84% pada tahun 2021. Sedikit lebih baik dari tahun 2020 yang tumbuh 1,75%. Namun jauh di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2011-2019 yang mencapai 3,95%.

Laju pertumbuhannya cenderung melambat sejak tahun 2015. Begitu pula dengan kontibusinya pada pertumbuhan ekonomi. Hanya sebesar 0,24% dari pertumbuhan sebesar 3,69% pada tahun 2021. Kontribusinya tercatat mencapai 0,56% pada tahun 2014 dan 0,46% pada tahun 2019.

Porsi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) memang masih menempati urutan kedua terbesar, yang sebesar 13,28%. Namun hanya sedikit menahan kecenderungan penurunan yang berlangsung sejak tahun 2011. Pada tahun 2010, porsinya masih mencapai 14,36%.

Menurut Awalil, kinerja yang kurang optimal itu berdampak pada pendapatan petani yang sulit membaik. Disampaikan bahwa sektor pertanian masih menyerap 37,13 juta orang atau 28,33% dari dari total pekerja pada Agustus 2021. Jumlahnya meningkat selama dua tahun era pandemi.

Disajikan data perkembangan upah atau pendapatan bersih pekerja sektor pertanian selama tahun 2015-2021. Tampak adanya penurunan selama era pandemi. Ditambahkan perbandingan dengan pekerja di sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan, serta keseluruhan sektor. Sektor pertanian tercatat memberi imbalan yang paling rendah terhadap pekerjanya.

Aspek lainnya yang menggambarkan masih rendahnya kesejahteraan petani dijelaskan melalui perkembangan beberapa data. Antara lain data perkembangan Nilai tukar petani (NTP) yang relatif stagnan, dan hanya sesekali membaik. Secara lebih khusus disebut perkembangan upah buruh tani yang hanya meningkat secara nominal, namun menurun secara riil.

Kinerja ekspor dan impor dari sektor pertanian turut dijelaskan. Nilai ekspor tahun 2021 memang mengalami peningkatan dan tercatat sebagai yang tertinggi selama belasan tahun terakhir. Akan tetapi porsi atas total ekspor justeru menurun, karena beberapa komoditas lainnya meningkat lebih cepat.

Sementara itu, impor meningkat lebih pesat dan nilainya melampaui ekspor pada tahun 2021. Laju pertumbuhan impor memang cenderung lebih tinggi dari ekspor selama beberapa tahun terakhir. Secara keseluruhan, perdagangan internasional dari sektor pertanian tercatat selalu defisit.

Pada bagian selanjutnya dari kuliah, Awalil memaparkan kondisi dan perkembangan subsektor tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Tanaman Pangan mengalami kontraksi (-1,56%) pada tahun 2021. Rata-rata laju pertumbuhannya pada tahun 2011-2019 hanya sebesar 1,66%, atau lebih rendah dari sektor pertanian keseluruhan.

Dicontohkan data perkembangan beberapa komoditas tanaman pangan. Diantaranya: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Tanaman Hortikultura masih tercatat tumbuh pada tahun 2021 namun dengan laju yang rendah, yaitu sebesar 0,56%. Sempat cenderung meningkat selama beberapa tahun sebelumnya dan lebih tinggi dari rata-rata sektor pertanian. Namun selama kurun waktu tahun 2011-2019 hanya tumbuh rata-rata sebesar 3,75% per tahun.

Arti penting tanaman pangan dan tanaman hortikultura diingatkan Awalil dalam konteks ketahanan pangan nasional. Dikutip definisi UU no 18 tahun 2012 tentang Pangan. “Ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.”