BARISAN.CO – Di tengah situasi wabah Covid-19 yang memprihatinkan, Indonesia menghadapi musim kemarau basah.
Kemarau basah terjadi karena pengaruh dinamika laut dan atmosfer yang terjadi di Samudera Hindia. Dinamika ini ditunjukkan dari pembentukan pusat tekanan rendah berupa pusaran angin yang dinamakan vorteks di selatan ekuator dekat pesisir barat Sumatra dan Jawa.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pembentukan vorteks di Samudra Hindia yang sangat intensif sejak awal Juni ini diprediksi bertahan sepanjang periode musim kemarau. Kemudian berpotensi menimbulkan anomali musim kemarau yang cenderung basah sepanjang Juli – Oktober pada tahun ini.
Kemarau basah sebenarnya seringkali melanda Indonesia. Misalnya pada 2016, kemarau basah membuat musim yang seharusnya cenderung panas dan kering menjadi basah karena curah hujan yang masih cukup tinggi.
Saat itu, Kementerian Kesehatan masih dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Anfasa Moeloek Sp.M(K). Ia mengatakan fenomena ini bisa memicu resiko penyakit yang sama dengan musim penghujan seperti DBD, diare dan leptospirosis.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Biasanya penyakit muncul pada musim penghujan, khususnya pada daerah yang terkena banjir. Sebab, bakteri dibawa hewan seperti tikus dalam urin. Apabila urin mengontaminasi air dan tanah bisa menginfeksi orang yang terpapar.
Gejala penyakit leptospirosis adalah mual, muntah, meriang, sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, diare, kulit atau area putih pada mata menguning, demam, ruam, dan konjungtivitas.
Leptospirosis bisa membuat kondisi seseorang menjadi parah, di antaranya:
- Gangguan pada paru-paru dengan gejala batuk, napas pendek, bahkan batuk bisa mengeluarkan darah.
- Gangguan pada ginjal yang dapat berujung dengan kondisi gagal ginjal.
- Gangguan pada otak yang ditunjukkan dengan gejala meningitis.
- Gangguan pada jantung yang memicu peradangan jantung (miokarditis) atau gagal ginjal.
Sehingga untuk mencegah berbagai penyakit di musim kemarau basah ini, ada upaya pencegahan yang perlu dilakukan yaitu
- Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Pastikan air yang dikonsumsi matang, begitu juga dengan air yang digunakan untuk mandi dan lain-lain harus bersih.
- Jauhi binatang yang bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti nyamuk penyebab DBD dan tikus liar yang bisa menyebabkan leptospirosis.
- Cuci tangan sebelum makan.
- Segera mandi setelah melakukan aktivitas di luar rumah.
- Makanlah makanan yang sudah dimasak dan pastikan benar-benar matang.
- Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.
- Istirahat cukup dan olahraga rutin untuk menjaga kebugaran tubuh.
Jika merasakan gejala penyakit seperti diare dan meriang, maka sebaiknya jangan menunda ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.