Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Kasus Kematian Anak Indonesia Akibat Covid-19 Tinggi, IDI Minta Orang Tua Lakukan Ini

Redaksi
×

Kasus Kematian Anak Indonesia Akibat Covid-19 Tinggi, IDI Minta Orang Tua Lakukan Ini

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Indonesia menyumbang besar kasus kematian anak akibat Covid-19 di dunia. Angkanya melebihi 1,7 persen, padahal di Amerika dan China hanya 0,1 persen.

Dengan persentase sebesar itu, kini Indonesia diperingkat pertama untuk kasus kematian anak akibat Covid-19 di Asia Tenggara. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkapkan penyebabnya.  

“Komorbid (penyakit penyerta) pada anak Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara lain. Maka anak Indonesia banyak yang meninggal. Misalnya pneumonia, DBD, gangguan gizi dan diare,” kata dr. Daeng M Faqih, S.H., M.H., Ketua Umum Pengurus Besar IDI (PB IDI) kemarin dalam jumpa pers  Chil*Go yang bertajuk “Peduli Pencernaan Anak di Masa Pandemi”, Kamis (25/3/2021).

Daeng kemudian memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati. Agar anak-anak terhindar dari serangan virus corona, para orang tua harus menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan 3T (testing, tracing, treatment).

Namun, menerapkan 3M pada anak-anak tidak mudah karena mereka belum memahaminya. “Untuk memakai masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun, edukasinya luar biasa,” ucap Daeng.

Sehingga strategi yang bisa dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh anak. Orang tua harus memilih makanan yang baik dan sehat agar anak tak gampang diare dan asupan gizinya lebih baik. Selain itu juga harus menjaga kebersihan.

“Kalau dijaga asupannya, anak bisa tidak gampang tertular,” ujarnya.

Pemilihan makanan untuk mendorong daya tahan tubuh harus mengandung unsur komplit, seperti makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Sementara mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral seperti zinc, selenium dan asam folat.

Kebutuhan mikronutrien relatif lebih sedikit daripada makronutrien. Meski begitu, mikronutrien memiliki peran yang sangat strategis yakni memengaruhi metabolisme, di antaranya pembentukan enzim, mengendalikan fungsi hormon, sebagai pertumbuhan dan daya tahan tubuh.

Para orang tua bisa menggunakan panduan makan sehat dari Kementerian Kesehatan, Isi Piringku. Dalam satu piring makan terdiri dari 50 persen sumber karbohidrat dan lauk pauk, serta 50 persennya adalah sayur dan buah.

“Dengan begitu zat gizi bisa terserap dengan baik. Kalau kita lakukan, pertumbuhan anak dan daya tahan tubuhnya akan baik juga,” katanya.

Selain melengkapi nutrisi anak, penyerapan makanan dalam saluran cerna juga perlu diperhatikan. Jika serapannya tidak baik, misalnya anak sering diare, maka protein, lemak, mineral dan vitamin bisa tidak terserap karena terbuang melalui Buang Air Besar (BAB).

“Saat anak mengalami permasalahan gizi bukan hanya karena asupannya kurang, tapi juga daya serapnya yang buruk. Makronutrien dan mikronutrien harus lengkap, tapi apa yang kita makan juga harus terserap dalam pencernaan kita,” papar Daeng.

Head of Medical Kalbe Nutritionals dr. Muliaman Mansyur menjelaskan menjaga saluran pencernaan sangatlah penting. Saluran pencernaan seperti otak kedua karena panjangnya mencapai tujuh meter dan terdiri dari puluhan ribu saraf.

“Di otak saraf ada banyak, di sana (saluran cerna) banyak juga,” katanya.

Menurutnya setiap makanan dan minuman yang kita konsumsi akan masuk ke dalam saluran pencernaan. Sehingga saluran pencernaan menentukan kesehatan seseorang. Jika saluran pencernaan baik maka penyerapan nutrisinya akan baik juga.

Untuk menstimulasi saluran cerna agar berfungsi dengan baik bisa melalui pemberian makanan yang mengandung makronutrien, makronutrien, serat, prebiotik dan probiotik.