Scroll untuk baca artikel
Blog

Kekayaan Elon Musk dan Kapitalis Kroni Ala Amerika

Redaksi
×

Kekayaan Elon Musk dan Kapitalis Kroni Ala Amerika

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COSiapa yang tak kenal Elon Musk. Bagi banyak orang, Elon adalah ilmuwan yang dianggap memiliki magnum kecerdasan umat manusia. Anggapan itu membuat mereka tak menyisakan tanya dan curiga, adakah wajah asli di balik gemerlap topeng ‘ilmuwan’ yang ia kenakan.

Ia justru lebih layak disebut pebisnis. Lengkapnya: pebisnis-yang-menindas-si-lemah-demi-mengeruk-keuntungan.

Upaya Musk untuk memperbaiki bumi dengan memproduksi mobil Tesla dan mencoba membuat kehidupan di Mars, barangkali lebih mirip omong kosong. Ada alasan di balik itu.

Andaikata Musk pada akhirnya berhasil menciptakan kehidupan di planet Mars, yang menjadi pertanyaan ialah berapa biaya yang harus dirogoh bagi manusia yang ingin tinggal di sana dan berapa banyak orang yang mampu memenuhinya?

Pertanyaan barusan mungkin sebuah teka-teki China yang rumit dan perlu kita tinggalkan. Yang jelas, Elon Musk adalah orang yang bergelimang harta bahkan namanya masuk jajaran orang terkaya di dunia.

Dan kekayaan Musk bukanlah barang instan. Ia memperolehnya dengan sistem yang disebut kapitalis kroni, di mana, ia memperoleh dukungan pemerintah dan pembayar pajak yang harus menanggung tagihannya tersebut.

Proyek-proyek ambisiusnya yang serba gagal itu seharusnya membuat Musk bangkrut sejak lama. Tapi, para kapitalis kroni selalu meniupkan roh baru kepadanya dan ia bangkit lagi dan lagi.

Tesla dan SpaceX merupakan segelintir proyek terkenal dari Musk yang begitu bergantung dengan subsidi pemerintah. Dikutip dari artikel Los Angeles Times tahun 2015, perusahaannya itu memperoleh sekitar US$4,9 miliar dari dukungan pemerintah. Meskipun belum ada yang menguntungkan, Musk tetap menghasilkan uang.

Musk memanfaatkan hubungan relasinya di pemerintahan dengan baik dan ia jago melobi agar uang dari pemerintah dapat digelontorkan sesuai harapannya. Ia tidak lebih seorang pebisnis yang cerdas yang menyalahgunakan pengaruhnya terhadap pembayar pajak atas investasi berisiko tersebut.

Seberapa gagal Elon Musk? Dikutip dari The New York Times, Selasa (30/3), untuk keempat kalinya roket uji SpaceX diluncurkan ke Mars dan keempat kalinya pula meledak. Melalui serangkaian uji coba yang dilakukan sejak Desember lalu, SpaceX telah berhasil meluncurkan prototipe Starship, yang bertujuan membawa manusia ke Mars di masa depan, namun roket mengalami masalah selama atau setelah pendaratan, yang mengakibatkan ledakan yang spektakuler.

Musk seharusnya bertanggungjawab atas keamanan uji cobanya tersebut terutama kelayakan sebelum peluncuran dan juga pendaratan yang aman sampai benar-benar ke bumi. Uji coba memang tidak bisa dilakukan hanya sekali, namun berbekal pengalaman yang bukan sekali dua kali, setidaknya itu akan meminimalisir besarnya ledakan yang terjadi.

Kekayaan Meningkat Saat Trump Menjabat

Dikutip dari Forbes pada Jumat (22/2), saham kendaraan listrik Tesla melonjak 1.625% dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Kekayaan Musk juga tumbuh cepat. Jika di hari Trump menjabat sebagai presiden, kekayaan bersih Musk senilai US$12,9 miliar, kini mencapai US$184 miliar menurut perkiraan Forbes.

Namun, jika mengulik laporan Vice, pemerintahan Trump kala itu memunculkan sistem berdasarkan pertemanan atau kronisme. Para ahli ekonomi mengatakan bahwa sistem tersebut berbahaya bukan karena risiko terjadinya korupsi, juga dapat saja merusak mekanisme dasar perekonomian AS serta menciptakan insentif bagi perusahaan yang lebih kuat untuk mampu mencari muka di depan pemerintahan dibandikan memenangkan konsumen lewat efisiensi dan inovasi.

Tak salah jika Musk termasuk yang mendapat keuntungan dari hal itu. Termasuk saat Tesla dilarang beroperasi di Freemont karena aturan lockdown, Musk menentang dan siap ditangkap. Namun Trump mendukung agar Musk dibiarkan melalui cuitannya Trump menuliskan “California harus membiarkan Tesla & @elonmusk membuka pabrik, SEKARANG!”