Scroll untuk baca artikel
Kolom

Kenapa Kompor Gas Masih Menjadi Pilihan Terbaik?

Redaksi
×

Kenapa Kompor Gas Masih Menjadi Pilihan Terbaik?

Sebarkan artikel ini

Meski, ditunda, kenapa konversi kompor gas bukan pilihan tepat?

BARISAN.CO – Belum lama ini, masyarakat dihebohkan dengan wacana konversi kompor gas ke listrik. Tetapi, akhirnya ditunda karena pemerintah meminta PT PLN (Persero) agar fokus pada program uji coba kompor listrik. Namun demikian, kompor listrik bukan pilihan bijak bagi masyarakat Indonesia. Kenapa demikian?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, besar Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.748.274/rumah tangga/bulan. Sedangkan, biaya penggunaan kompor listrik justru lebih mahal ketimbang kompor gas. Ini terjadi karena kompor listrik cenderung lebih lama panas. Terlebih, rumah tangga perlu menaikkan daya tambahan daya di rumah. Yang tentu ini akan menambah tagihan listrik.

Di sisi lain, saat pemadaman listrik terjadi, kompor listrik menjadi tidak berguna. Bukan hanya hemat biaya, dengan kompor gas, panasnya lebih merata dan cocok untuk memasak makanan Asia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Senin (19/9/2022) menyampaikan, jenis kompor yang akan digunakan dalam konversi kompor gas adalah kompor industri karena dinilai lebih nyaman dan efisien.

Kompor induksi memang lebih efisien karena menghasilkan 90 persen panas ketimbang gas yang hanya 40-55 persen. Akan tetapi, peralatan induksi cenderung lebih mahal karena harus mengeluarkan biaya tambahan untuk panci dan wajan baru. Yang tentunya, akan membebani masyarakat karena kompor induksi hanya bekerja dengan peralatan masak yang mengandung logam besi.

Terkait efisiensi energi, kompor listrik dianggap yang terburuk daripada kompor gas dan induksi. Elemen listrik mentransfer panas dengan tidak efisien dan mengeluarkan banyak limbah panas.

Kompor ini juga dinilai tidak responsif yang memungkinkan energi terbuang saat memasak atau sebelum mendinginkan atau setelah memasak. Selain itu, jika bagian bawah wajan dan panci tidak rata, energi akan hilang signifikan.

Dalam rangka mengendalikan perubahan iklim, masyarakat memang harus berhenti membakar gas alam dan bahan bakar fosil.