Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Krisis Iklim Pecepat Kenaikan Permukaan Laut, PBB: Negara Bisa Lenyap

Redaksi
×

Krisis Iklim Pecepat Kenaikan Permukaan Laut, PBB: Negara Bisa Lenyap

Sebarkan artikel ini

Kenaikan permukaan laut menggandakan ancaman, termasuk bagi perdamaian dan keamanan.

BARISAN.CO – Sekretaris Jenderal PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), Antonio Gutteres memperingatkan, dunia akan menyaksikan eksodus massal seluruh populasi dalam skala alkitabiah, pada Selasa (14/2/2023).

Menurutnya, krisis iklim menyebabkan permukaan laut naik lebih cepat dari 3.000 tahun lalu, yang membawa arus deras masalah ke hampir satu miliar orang, dari London ke Los Angeles dan Bangkok ke Buenos Aires.

“Beberapa negara bisa lenyap, tenggelam di bawah gelombang,” ungkapnya.

Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Guterres menekankan pentingnya pengurangan emisi karbon, mengatasi masalah seperti kemiskinan yang memperburuk dampak kenaikan permukaan air laut pada masyarakat dan mengembangkan undang-undang internasional baru untuk melindungi mereka yang kehilangan tempat tinggal, bahkan tanpa kewarganegaraan.

“Kenaikan permukaan laut menggandakan ancaman dengan merusak kehidupan, ekonomi dan infrastruktur, yang memiliki implikasi dramatis bagi perdamaian dan keamanan global,” jelasnya.

Kenaikan permukaan laut yang signifikan sudah tidak dapat dihindari dengan tingkat pemanasan global saat ini, tetapi konsekuensi dari kegagalan untuk mengatasi masalah yang tidak terpikirkan sebelumnya.

“Masyarakat dataran rendah dan seluruh negara bisa menghilang selamanya. Dan kita akan melihat persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan air tawar, tanah, dan sumber daya lainnya,” tambahnya.

Sementara, Komisi Hukum Internasional menyatakan pada tahun 2020, Komite Hak Asasi Manusia PBB memutuskan, pemerintah tidak diperbolehkan mengembalikan orang ke negara di mana kehidupan mereka mungkin terancam oleh krisis iklim.

Kompilasi data baru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan, permukaan laut naik dengan cepat dan lautan global telah menghangat lebih cepat selama satu abad terakhir daripada kapan pun dalam 11.000 tahun terakhir. Permukaan laut naik saat air yang lebih hangat mengembang dan lapisan es serta gletser mencair.

Prof. Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO menyebut, kenaikan permukaan laut menimbulkan risiko bagi ekonomi, mata pencaharian, permukiman, kesehatan, kesejahteraan, ketahanan pangan dan air, serta nilai-nilai budaya dalam jangka pendek hingga jangka panjang.

Guterres menambahkan, bahkan jika pemanasan global secara ajaib dibatasi hingga 1,5 Celcius masih akan ada kenaikan permukaan laut yang cukup besar.

Sebuah laporan PBB pada bulan Oktober mengungkapkan, tidak ada jalur yang kredibel menuju 1,5C di tempat. Target nasional saat ini, jika tercapai, berarti kenaikan suhu 2,4C.

Pada abad ke-20 diperkirakan, permukaan laut global rata-rata naik 11-16 cm. Seberapa besar permukaan laut akan berubah di tahun-tahun mendatang, dan bagaimana pengaruhnya terhadap populasi kita?

Dilansir dari Visual Capitalist, populasi Asia akan lebih terkena dampak banjir akibat kenaikan air laut daripada wilayah lain mana pun. Menurut proyeksi, 70% orang yang akan terkena dampak kenaikan permukaan air laut hanya tinggal di delapan negara Asia: China, Bangladesh, India, Vietnam, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Jepang.

Untuk mengurangi dampak bencana itu terjadi, yang paling utama adalah sikap kita terhadap pembakaran bahan bakar fosil dan emisi gas yang memerangkap panas perlu diubah secara drastis. Membatasi konsumsi bahan berbahaya dan beralih ke energi yang lebih berkelanjutan dan bersih sangat penting jika kita ingin menghindari perendaman jangka panjang. Selain itu, kebutuhan akan pengelolaan air juga menjadi semakin mendesak untuk mencegah perang.