Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Laki-laki Lebih Sering Membual Dibandingkan Perempuan

Redaksi
×

Laki-laki Lebih Sering Membual Dibandingkan Perempuan

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan tiket perjalanan, trainline.com menunjukkan laki-laki lebih sering membual dan cenderung berbohong dibandingkan perempuan untuk menutupi kekurangan diri mereka. Sekitar 46 persen diantaranya berbohong sebagai ahli di bidang yang tidak mereka ketahui.

Menurut psikolog Cary Cooper, hal itu dilakukan oleh laki-laki untuk menunjukkan diri mereka lebih kompetitif dibandingkan perempuan. Cary menjelaskan alasan laki-laki lebih sombong daripada perempuan berasal dari peran tradisional laki-laki dan perempuan.

“Di masa lalu, laki-laki lebih cenderung sebagai pencari nafkah utama, dengan kebutuhan untuk menyombongkan diri untuk mencapai kesuksesan di tempat kerja kompetitif yang didominasi oleh laki-laki. Di luar tempat kerja, membual dapat digunakan laki-laki untuk mengesankan lawan jenis,” kata Cary.

Dari 2.000 yang disurvei menunjukkan usia muda lebih cenderung sombong dan pamer yaitu dengan persentase 56 persen usia 18-24 tahun melebih-lebihkan keterampilannya, sedangkan 26 persennya berusia di atas 55 tahun. Penelitian tersebut menemukan jika pria secara khusus berjuang untuk diakui dalam bidang yang sebenarnya tidak mereka kuasai.

Mengutip Counseling Connection, membual ialah berbicara dan membanggakan diri sendiri secara berlebihan yang membawa seseorang ke arah memuliakan diri sendiri, Adapun alasan seseorang membual yaitu merupakan untuk memperoleh kesan baik, kesenjangan empati, senjata pamungkas untuk dihargai, dan juga perasaan tidak aman.

Profesor Emerita dari Ilmu Psikologi dan Otak University of Massachusetts, Dr. Susan Whitborne mengatakan terdapat empat tanda rasa tidak aman dari membual yaitu:

1. Pembual mencoba membuat orang lain merasa tidak aman dengan dirinya sendiri.

2. Pembual perlu menunjukkan prestasinya. Untuk meyakinkan diri baik-baik saja, pembual biasanya membual soal gaya hidup yang hebat, pendidikan kelas elit, atau prestasi anak-anak jenius. Meski begitu, mereka sebenarnya berada di titik tidak aman karena adanya kemungkinan kegagalan yang dialami, namun disembunyikan oleh bualan sana-sini.