BARISAN.CO – Nepal menghadapi situasi yang hampir sama dengan India. Ada ledakan kasus Covid-19 yang, besar kemungkinan, akan memukul Nepal jauh lebih buruk dibanding negara tetangganya.
Pejabat kesehatan Nepal pada awal pekan ini memberi peringatan jika negara itu diambang kehilangan kendali atas wabah Covid-19. Pemerintah Nepal telah mendesak bantuan internasional.
Pada Kamis (6/5/2021), jumlah kasus yang terkonfirmasi sebanyak 9.070. Jumlah korban meninggal dalam dua minggu terakhir sebanyak 400 dan jumlah keseluruhan sejak pandemi ialah 3.500 orang.
Akibat rekor kasus harian tersebut, rumah sakit kehabisan tempat tidur serta oksigen.
Dikutip dari Associated Press, Kepala Rumah Sakit untuk Pengobatan dan Bedah Lanjutan di Kathmandu, Jyotindra Sharma, mengatakan saat ini tidak ada tempat tidur yang tersedia di rumah sakit manapun yang merawat pasien Covid-19. “Bahkan jikapun tersedia tempat tidur, oksigen sangat langka dan kami tidak sedang berada di puncak krisis.”
Di rumah sakit itu, tempat tidur tambahan dijejalkan agar dapat menampung lebih banyak orang dan satu-satunya cara agar pasien dapat diterima melalui daftar tunggu.
“Dalam situasi ekstrim, orang bisa mati di jalan dan tidak mungkin rumah sakit dapat meningkatkan kapasitasnya sesegara mungkin,” kata Sharma.
Beberapa bulan yang lalu, Nepal telah memberlakukan lockdown dan minggu ini menghentikan penerbangan domestik serta internasional.
“Kami menyerukan komunitas internasional untuk bertindak cepat untuk menghindari bencana manusia. tidak ada yang aman, kecuali semua orang aman,” kata Azmat Ullah dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Nepal memiliki lebih sedikit dokter dan memiliki sistem kesehatan yang begitu lemah dibandingkan India.
Negara dengan penduduk sekitar 30 juta jiwa itu hanya memiliki sekitar 1.600 tempat tidur perawatan intensif dan kurang dari 600 ventilator. Dari angka tersebut hanya ada 0,7 dokter per 100.000 orang yang artinya jauh lebih rendah dibandingkan India.
Akan halnya India, pemerintah Nepal mengizinkan serangkaian festival keagaman termasuk Pahan Charhe yang menyebabkan penyebaran virus meluas.
Tuduhan korupsi juga dilontarkan oleh media Nepal yang mengatakan bahwa pemerintah terlambat dan tidak adanya kejelasan untuk memperoleh vaksin dari Serum Institute of India karena dilakukan melalui perantara dengan imbalan komisi yang begitu besar.
Mayoritas rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah kewalahan dan menyebabkan orang yang sangat miskin tidak mampu membayar biaya perawatan.
Dikutip dari Guardian, Kepala Unit penelitian klinis di rumah sakit Penyakit Tropis dan Menular Sukraraj dan Teku, Dr Sher Bahadur Pun, mengatakan bahwa mereka seperti sedang berada di zona perang.
“Pasien dirawat di lantai dan halaman,” kata Dr Sher. []