Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Manusia, Balada Kemanusiaan dan Hikmah

Redaksi
×

Manusia, Balada Kemanusiaan dan Hikmah

Sebarkan artikel ini

SEKALI lagi, kita semua diberi pelajaran tentang pentingnya mengendalikan nafsu duniawi.

Mengendalikan hawa nafsu, sama mendesaknya dengan mempertahankan kehidupan. Tetapi nafsu tak terkendali akan dapat menghancurkan hidup dan kehidupan. Padahal puncak kejayaan karir telah susah payah dirintis sekian lama dengan keringat dan airmata.

Manusia, hanya butuh makan tiga kali sehari. Asupan tambahan hanya diperlukan sekadarnya. Kebutuhan sandang-pangan-papan dan Pendidikan setiap bulan dapat dipenuhi dari hasil upaya.

Baik melalui gaji ataupun penghasilan berniaga, atau lainnya. Begitu pula dengan jaminan kesehatan.

Penumpukan harta kekayaan sebagai warisan untuk anak cucu pun terbatas kebutuhannya. Karena anak keturunan, akan mempunyai kemampuan mengembangkan diri sendiri, dan juga akan mempunyai penghasilan jika telah bekerja dengan baik.

Terlebih tumpukan kekayaan dan harta akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Maha Pencipta, untuk apa harta kekayaan di dunia telah digunakan. Karena sering sekali, justru tumpukan warisan dan harta kekayaan yang berlimpah-limpah menjadi penyebab malapetaka pecahnya keutuhan saudara kandung, antar saudara dan kaumnya. Oleh karena memperebutkan harta warisan.

Kalau sudah begitu, maka harta kekayaan tiada lagi mempunyai nilai dan arti. Orang tua di alam baka pun menangis, jika bisa melihat anak keturunannya saling bertikai, bahkan berbunuhan, karena memperebutkan harta peninggalan orangtua.

Ke mana amanat di muka bumi telah digunakan, dan untuk apa harta kekayaan didapat, semua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Itulah inti dari ajaran pemegang amanat, atau sebagai Khalifatul fil Ardh. Pemimpin di muka bumi.

Setan, memang senantiasa menggoda umat manusia, agar senantiasa keliru jalan, atau menuruti hawa nafsu belaka. Apalagi jika manusia itu mempunyai segenggam kekuasaan di tangan.

Entah ke mana hendak dibawa kekuasaannya. Seolah semua makhluk hidup di muka bumi ini harus tunduk patuh pada titahnya belaka. Beragam jargon pun digunakan untuk mempertahankan kekuasaan. Jargon politik dan klik politik, warisan kesejarahan atau keturunan, penguasaan aset ekonomi, semua digunakan untuk mempertahankan kejayaan pribadi.

Itulah kerakusan akibat hasutan atau tiupan energi negatif dari makhluk tak kasat mata. Makhluk terkutuk sejak awal penciptaan dan kelak menghuni kegelapan neraka. Manusia tersesat jalan akan diseret ikutkan untuk menemaninya-selamanya.

Bagi manusia sesat dan tersesatkan, segala masukan nasehat dari keluarga, teman atau handai tolan tidak akan mampu dicerna oleh akal pikiran manusia tergelapkan. Karena akal pikirannya telah diselimuti ruh pekat hasil tiupan makhluk sesat tak kasat mata. Hati dan kalbunya telah tertutup, sebagaimana Tuhan bersabda.

Meski, sebagian kecil manusia sesat bisa tersadarkan dan kembali menempuh jalan kebenaran, tetapi lebih banyak manusia sesat yang tak akan pernah kembali ke jalan terang. Dia akan selamanya sesat, dan terjerumus dalam kenikmatan semu kala menikmati segenggam kekuasaan fana.

Maka berhati-hatilah. Karena Kekuasaan dan Kejayaan puncak, apabila tidak disertai kesadaran Ilahiah akan amanat dan pertanggungajawaban, bagai menyiapkan lubang kuburan sedalam-dalamnya bagi dirinya sendiri.

Kekuasaan tak terbatas, jika dilaksanakan dengan sesat, bagai melingkari diri sendiri dengan rantai besi dan lubang menganga. kuburan bagi diri sendiri. Terlebih bila kekuasaannya didapat dan dilaksanakan dengan dzalim.

Doa orang-orang terdzalimi, janganlah diremehkan. Dia terangkat sampai ke langit tujuh dan dicatat malaikat. Siapa pelaku pendzaliman terhadapnya.