Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

30 Desember, Mengenang dan Memahami Paradigma Pemikiran Gus Dur

:: Opini Barisan.co
30 Desember 2020
dalam Opini
Gus Dur

Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

GUS DUR atau KH. Abdurrahman Wahid dikenal sebagai sosok yang unik dan nyentrik. Selain pernah menjadi Presiden Republik Indonesia, Gus Dur terkenal dengan jargon ucapannya yakni begitu saja kok repot.

Selain sosok yang unik, Gus Dur merupakan tokoh yang penuh dengan ide kontroversial. Sehingga banyak orang bingung dan bahkan ucapannya acap kali menjadi kebenaran di waktu lain. Bahkan hingga saat ini pemikiran dan humornya senantiasa menghiasi laman media sosial. Bahkan setiap bulan desember dikenal juga sebagai bulan Gus Dur.

Gaya dan metode berpikir zig-zag yang dibuat Gus Dur memang membuat banyak orang menafsirkan beragam. Apalagi kemampuan komedi atau humornya yang jarang dimiliki para pemimpin dunia. Tentunya kemampuan berdialog dan dunia pondok pesantren.

Tokoh besar yang dimiliki bangsa Indonesia ini putra dari KH. Hasyim Asyari. Meski Gus Dur sudah tidak ada, namun pemikiran dan bahkan di pemakaman Gus Dur senantiasa banyak dikunjungi peziarah. Dari tempat ziarah saja, infak ratusan juga mengalir, ya amal Gus Dur selain pemikiran.

BACAJUGA

Atmo Tan Sidik

Atmo Tan Sidik dan Peci Gus Dur

20 Desember 2022
Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng

22 Oktober 2022

Banyak cendekiawan muslim menyatakan semua ide dan manuver Gus Dur butuh interprestasi, bahkan secara ekstrim dianologikan sebagai “kitab” yang butuh penafsiran.

Sebagaimana yang dikatakan Nur Cholish Madjid atau Cak Nur yang kenal Gus Dur sejak masih menjadi mahasiswa kebetulan keduanya berasal dari Jombang sejak muda Gus Dur adalah orang nekad. Ia selalu keluar dari batas kemampuaannya dan tidak pernah puas dengan jalan yang pasti dan aman.

Selain itu Gus Dur acakali dicap memiliki watak liberal dan juga memiliki posisi sebagai decision maker atau pembuat keputusan. Beragam kelompok dan etnis membuat Gus Dur memiliki cara berpikir berlebih. Kemampuannya berdialog dan berpikir dapat menyesuaikan atau beradaptasi, sehingga Gus Dur senantiasa dikenang di kelompok islam tradisonal saja.

Metode Zig-Zag

Metode zig-zag yang dipakai Gus Dur dalam berpikir memang mengajak orang untuk berpikir dan memaknai lebih jauh. Bahkan intelektual muslim Azyumardi Azra pun merasa terengah-engah dan kesulitan memahami sepak terjangnya, mulai dari sikap, tindakan, ucapan dan pendapatnya baik mengenai politik, budaya, keagamaan atau respon terhadap realitas yang ada.

Sehingga Cak Nur menyebut Gus Dur sebagai rahasia Tuhan yang ke empat setelah jodoh, kematian dan rizki. Bahkan Azyumardi Azra yang menyebut sebagai salah satu dari delapan keajaiban Tuhan.

Lantas metode zig-zag dalam paradigma pemikiran Gus Dur perlu dipahami. Dalam memahami pemikiran Gus Dur, Greg Barton lebih cenderung melihat pada keyakinan religius dan kehidupan batiniahnya bukan berarti mengenyampingkan kehidupanya secara makro.

Latar belakang pondok pesantren penuh nilai-nilai cultural di mana ia mulai tumbuh dan berkembang juga mempengaruhi pemikirannya. Dalam konteks ini KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tidak sekedar menggunakan produk-produk pemikiran Islam tradisional sebagai hasil final tetapi lebih menekankan pada penggunaan metodologi dalam kerangka pembuatan sintesis untuk melahirkan gagasan baru sebagai upaya menjawab problem sosial aktual.

Di samping kehidupan pesantren, ia juga diperkenalkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih luas. Pendidikan dunia Timur Tengah yang kosmopolitan terutama di Bagdad yang bercorak sekuler dan liberal secara langsung ikut mewarnai corak pemikirannya.

Meskipun secara formal ia tidak belajar di Barat, tetapi sejak muda ia terbiasa dengan pemikiran-pemikiran barat. Oleh karena itu ia lebih siap bergaul dengan wacana-wacana besar pemikiran barat dan keislaman, dan bahkan kedua sumber tersebut (Islam dan Barat) dikombinasikan secara kritis-dialektis sebagai basis yang kemudian membentuk pemikirannya.

Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai LSM dan mudah bergaul dengan komunitas heterogen dari berbagai karakter budaya, etnis, dan agama dengan ideologi yang berbeda-beda dari yang konservatif, fundamental, liberal, sampai pada level sekuler sekalipun. Hal ini secara signifikan mempengaruhi pola pikir dalam melihat realita.

Sedangkan AS Hikam, seorang peneliti LIPI mengemukakan pola pemikiran Gus Dur pada dasarnya dapat dipahami sebagai produk dari tiga kepedulian ulama: pertama, rivitalisasi warisan Islam tradisonal ahlussunnah wal jama’ah yang komitmen atas kemanusiaan (insaniyah), antara lain adanya kepedulian yang kuat pada kerukunan sosial (social harmony) dan sikap inklusif yang ada dalam ajaram Islam.

Kedua, wacana modenitas yang didominasi pemikiran sekuler Barat dan semangat pencerahan (enlightenment). Gus Dur tetap mengacu pada paham ahlussunah wal jama’ah untuk menyikapi perkembangan modern dengan sikap terbuka dan kritis untuk mencari titik temu antara keduanya.

Modernitas tidak disikapi dengan kronfontatif tidak seperti apa yang dilakukan banyak cendikiawan Islam, tetapi secara akomodatif guna menemukan titik temu yang bermanfaat memecahkan masalah umat, tanpa harus meningalkan Islam tradisional.

Ketiga, Gus Dur selalu berusaha pencarian jawaban atas tantangan yang dihadapi umat Islam bangsa Indonesia di tengah perubahan yang amat cepat dari proses globaliasi dan modernisasi.

Lantas, Greg Barton, Fachry Ali dan Bachtiar Effendi memasukkan Gus Dur sebagai Neo-modernis Islam. Neo Modernis Islam merupakan gerakan pemikiran progresif yang mempunyai sikap positif terhadap modernitas, perubahan dan pembangunan. Bahkan aliran ini kritis terhadap dampak modernitas dan tidak melihat Barat sebagai ancaman bagi dunia Islam namun antara keduanya saling mengisi.

Neo modernis juga mengedepankan sikap inklkusif, toleran dan liberal serta selalu melakukan kontekstualisasi ajaran Islam. Barton menemukan tema yang dominan dalam pemikiran Gus Dur yaitu tema humanitatianisme liberal. Tema liberal secara fundamental mendapat tempat yang besar dalam pemikiran Islam Abdurrahman Wahid tanpa harus meninggalkan prinsip Islam tradisional. (Luk)

Topik: Cendekiawan MuslimGus DurParadigma Pemikiran Gus Dur
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?
Opini

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari
Opini

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta
Opini

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?
Opini

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
Politik Para Pecundang
Opini

Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk

21 Januari 2023
cak nun Strukturalisme
Opini

Strukturalisme yang Bertabrakan dengan Kontekstualisme

21 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Natal

Falsafah Proses: Transendensi-Transformasi

Dikritik Tersangkakan Gisel, Polisi Beberkan Gisel Kirim Video ke MYD Lewat AirDrop

Dikritik Tersangkakan Gisel, Polisi Beberkan Gisel Kirim Video ke MYD Lewat AirDrop

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

26 Januari 2023
Demo Kepala Desa

Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Dinilai Ugal-ugalan

26 Januari 2023
Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

26 Januari 2023
Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

26 Januari 2023
Menciptakan Wirausaha Muda

Merdeka Belajar, Menciptakan Wirausaha Muda, Mengapa Tidak?

26 Januari 2023
pH Tubuh

Berbahaya Jika pH Tubuh Terlalu Asam

26 Januari 2023
sholawat bulan rajab

Lirik Sholawat Bulan Rajab Teks Arab, Latin dan Artinya

26 Januari 2023

SOROTAN

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan
Sorotan Redaksi

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

:: Anatasia Wahyudi
25 Januari 2023

Di mana pun mereka berada, anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan menderita dari standard hidup yang buruk, mengembangkan lebih sedikit keterampilan...

Selengkapnya
Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
Politik Para Pecundang

Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk

21 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang