Scroll untuk baca artikel
Opini

30 Desember, Mengenang dan Memahami Paradigma Pemikiran Gus Dur

Redaksi
×

30 Desember, Mengenang dan Memahami Paradigma Pemikiran Gus Dur

Sebarkan artikel ini

GUS DUR atau KH. Abdurrahman Wahid dikenal sebagai sosok yang unik dan nyentrik. Selain pernah menjadi Presiden Republik Indonesia, Gus Dur terkenal dengan jargon ucapannya yakni begitu saja kok repot.

Selain sosok yang unik, Gus Dur merupakan tokoh yang penuh dengan ide kontroversial. Sehingga banyak orang bingung dan bahkan ucapannya acap kali menjadi kebenaran di waktu lain. Bahkan hingga saat ini pemikiran dan humornya senantiasa menghiasi laman media sosial. Bahkan setiap bulan desember dikenal juga sebagai bulan Gus Dur.

Gaya dan metode berpikir zig-zag yang dibuat Gus Dur memang membuat banyak orang menafsirkan beragam. Apalagi kemampuan komedi atau humornya yang jarang dimiliki para pemimpin dunia. Tentunya kemampuan berdialog dan dunia pondok pesantren.

Tokoh besar yang dimiliki bangsa Indonesia ini putra dari KH. Hasyim Asyari. Meski Gus Dur sudah tidak ada, namun pemikiran dan bahkan di pemakaman Gus Dur senantiasa banyak dikunjungi peziarah. Dari tempat ziarah saja, infak ratusan juga mengalir, ya amal Gus Dur selain pemikiran.

Banyak cendekiawan muslim menyatakan semua ide dan manuver Gus Dur butuh interprestasi, bahkan secara ekstrim dianologikan sebagai “kitab” yang butuh penafsiran.

Sebagaimana yang dikatakan Nur Cholish Madjid atau Cak Nur yang kenal Gus Dur sejak masih menjadi mahasiswa kebetulan keduanya berasal dari Jombang sejak muda Gus Dur adalah orang nekad. Ia selalu keluar dari batas kemampuaannya dan tidak pernah puas dengan jalan yang pasti dan aman.

Selain itu Gus Dur acakali dicap memiliki watak liberal dan juga memiliki posisi sebagai decision maker atau pembuat keputusan. Beragam kelompok dan etnis membuat Gus Dur memiliki cara berpikir berlebih. Kemampuannya berdialog dan berpikir dapat menyesuaikan atau beradaptasi, sehingga Gus Dur senantiasa dikenang di kelompok islam tradisonal saja.

Metode Zig-Zag

Metode zig-zag yang dipakai Gus Dur dalam berpikir memang mengajak orang untuk berpikir dan memaknai lebih jauh. Bahkan intelektual muslim Azyumardi Azra pun merasa terengah-engah dan kesulitan memahami sepak terjangnya, mulai dari sikap, tindakan, ucapan dan pendapatnya baik mengenai politik, budaya, keagamaan atau respon terhadap realitas yang ada.

Sehingga Cak Nur menyebut Gus Dur sebagai rahasia Tuhan yang ke empat setelah jodoh, kematian dan rizki. Bahkan Azyumardi Azra yang menyebut sebagai salah satu dari delapan keajaiban Tuhan.

Lantas metode zig-zag dalam paradigma pemikiran Gus Dur perlu dipahami. Dalam memahami pemikiran Gus Dur, Greg Barton lebih cenderung melihat pada keyakinan religius dan kehidupan batiniahnya bukan berarti mengenyampingkan kehidupanya secara makro.

Latar belakang pondok pesantren penuh nilai-nilai cultural di mana ia mulai tumbuh dan berkembang juga mempengaruhi pemikirannya. Dalam konteks ini KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tidak sekedar menggunakan produk-produk pemikiran Islam tradisional sebagai hasil final tetapi lebih menekankan pada penggunaan metodologi dalam kerangka pembuatan sintesis untuk melahirkan gagasan baru sebagai upaya menjawab problem sosial aktual.

Di samping kehidupan pesantren, ia juga diperkenalkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih luas. Pendidikan dunia Timur Tengah yang kosmopolitan terutama di Bagdad yang bercorak sekuler dan liberal secara langsung ikut mewarnai corak pemikirannya.

Meskipun secara formal ia tidak belajar di Barat, tetapi sejak muda ia terbiasa dengan pemikiran-pemikiran barat. Oleh karena itu ia lebih siap bergaul dengan wacana-wacana besar pemikiran barat dan keislaman, dan bahkan kedua sumber tersebut (Islam dan Barat) dikombinasikan secara kritis-dialektis sebagai basis yang kemudian membentuk pemikirannya.