Scroll untuk baca artikel
Blog

Membaca Soedjatmoko, Ignas Kleden: Pembangunan Sebagai Transformasi Sosial dan Politik

Redaksi
×

Membaca Soedjatmoko, Ignas Kleden: Pembangunan Sebagai Transformasi Sosial dan Politik

Sebarkan artikel ini

Diskusi LP3ES Membaca Soedjatmoko dan Peluncuran Rangkaian Kegiatan 1 Tahun ; Mengenang Peninggalan Karya Intelektual Soedjatmoko

BARISAN.CO – Ketua Dewan Pengurus LP3ES, Prof Dr. Didik J Rachbini Soedjatmoko, seorang intelektual humanis yang menerima gagasan tentang kesemestaan manusia untuk merumuskannya secara ringkas, yang memandang kebangsaan sebagai warisan kemanusiaan semesta.

“Pemikiran Soedjatmoko sangat relevan secara ekonomi, ia mengkritik negara-negara industri maju yang kerap memandang pembangunan di negara-negara berkembang dalam arti sempit hanya pembangunan ekonomi semata,” sambungnya pada pengantar Diskusi LP3ES Membaca Soedjatmoko dan Peluncuran Rangkaian Kegiatan 1 Tahun ; Mengenang Peninggalan Karya Intelektual Soedjatmoko, Senin (10/1/2022).

Pendiri LP3ES mengatakan Soedjatmoko dalam counternya terhadap para pakar ekonomi tersebut menyatakan, pembangunan bukan hanya bisa diukur dalam “tanda-tanda luar”nya saja. Karena indikator inflasi, ekspor impor, pertumbuhan, hanyalah tanda-tanda luar saja, dia tidak menyentuh pada dinamika yang menggerakkan proses yang menjadikan pembangunan menjadi satu tanda kemakmuran-kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya

“Itulah inti dari semua Tulisan dan ceramah Soedjatmoko pada berbagai media dan forum,” imbuhnya.

Menurut Ketua BINEKSOS ini Soedjatmoko mengartikan pembangunan sebagai transformasi sosial dan politik. Budaya secara keseluruhan pada beragam masalah dalam menghadapi tantangan-tantangan baru umat manusia ke depan.

Sementara Ignas Kleden mengatakan Soedjatmoko adalah seorang yang mempunyai pengetahuan begitu luas, mendalam tapi bisa menghargai pengalaman-pengalaman kecil orang lain dan begitu menghargai perspektif-perspektif tertentu dalam bidang filsafat agama.

“Seorang yang individualis dalam pemikiran namun bukan dalam sikap sosial. Tidak bergantung pada aliran pemikiran politik manapun (meski dia seorang PSI) dan tidak bergantung juga kepada paham filsafat manapun yang dia baca dan kagumi, tapi tetap terus berjalan dengan pikiran-pikiran besarnya sendiri,” terangnya

Menurut Ignas ada 3 tingkatan pembangunan menurut Soedjatmoko, Pertama, Pada tingkat paling teknis dan relatif dangkal adalah pembangunan ekonomi, bisa diukur dengan indikator GNP dan pendapatan per kapita.

Kedua, tingkat yang lebih rumit yakni Sosial Engineering, usaha secara politik untuk mempengaruhi semua institusi-institusi sosial politik sehingga kegiatan lembaga-lembaga sosial dan lembaga politik tidak akan menghambat pertumbuhan ekonomi tapi terus mendorongnya. “Social institution sebagai instrumen dari economic growth”.

Ketiga, Hal yang paling ditekankan oleh Soedjatmoko yakni soal “Development” atau Pembangunan, Pertimbangan mengenai sejauh mana pertumbuhan ekonomi dan semua perubahan-perubahan sosial politik ada hubungannya dengan perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat. Dan apakah hal itu bisa dibenarkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan moral. jangan sekali-kali mereduksi kehidupan manusia ke dalam satu bentuk tertentu. Karena setiap orang harus diberikan kesempatan untuk bertumbuh dalam kemerdekaannya yang disebutnya sebagai ”Human Growth”.

“Kebebasan berpendapat dan bersikap. Setiap orang tanpa harus tergantung kepada figure-figur tertentu apalagi mempunyai otoritas kekuasaan,” terang Ignas

Lain lagi dengan Fachry Ali, menurutnya salah satu simpul penting pemikiran Soedjatmoko adalah ketika memproyeksikan kekhawatirannya pada konsentrasi kekuasaan berdasarkan cita-cita pembangunan, pada kasus report World Bank 1978 berjudul “World Development”.

Menurut Soedjatmoko, laporan tersebut meyakini bahwa program pemberantasan kemiskinan mutlak (absolute poverty) tak akan tercapai pada tahun 2000 kendatipun telah dicanangkan oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB).