Serupa dengan GDP, ada GNI nominal, GNI per kapita, serta GNI berdasar paritas daya beli (PPP). Untuk kasus Indonesia, GNI nya sedikit lebih rendah dari GDP, karena faktor neto luar negeri bernilai minus. Pendapatan atau produksi asing di Indonesia melebihi produksi penduduk Indonesia di luar negeri.
Selain penyesuaian atas paritas daya beli, Bank Dunia selama beberapa tahun terakhir mengenalkan metode atlas (atlas method) atas data GNI. GNI metode atlas menerapkan faktor konversi kurs yang memperhitungkan perbedaan tingkat inflasi antar negara selama beberapa tahun pengamatan. Intinya, bukan memakai kurs resmi ataupun yang “disesuaikan” seperti data GDP terdahulu.
GNI Indonesia berdasar metode atlas pada tahun 2019 sebesar US$1.097 miliar, atau sedikit lebih tinggi dibanding GNI nominal yang sebesar US$1.086 miliar. GNI Indonesia per kapita berdasar metode atlas mencapai US$4.050.
Atas dasar data itu Indonesia naik peringkat menjadi negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country). Klasifikasi terbaru Bank Dunia untuk kelompok itu adalah memiliki GNI per kapita metode atlas antara US$4.046 dan US$12.535.
Bagaimanapun, GNI per kapita metode atlas Indonesia masih berada di bawah rata-rata dunia yang sebesar US$11.570. Peringkatnya pun masih di bawah puluhan negara lain.
GNI Per Capita, Atlas Method (Current US$)
(Sumber Data: Bank Dunia)
Kontributor: Awalil Rizky
Editor: Ananta Damarjati