Scroll untuk baca artikel
Blog

Menteri Hingga Buzzer Serang Anies, Pemerintah Itu Fokus Ekonomi Bukan Kesehatan

Redaksi
×

Menteri Hingga Buzzer Serang Anies, Pemerintah Itu Fokus Ekonomi Bukan Kesehatan

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Rem mendadak menjadi trending. Tidak terlepas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di bursa efek Indonesia (BEI) turun drastis. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, kinerja IHSG yang tertekan disebabkan oleh pengumuman Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Rabu (9/9/2020) malam untuk kembali memperketat Pembatasan Sosiak Berskala Besar (PSBB).

Rem darurat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan tim Gugus Tugas Percepatan Pengendalian COVID-19 di DKI Jakarta. Keputusan ini diambil berdasarkan indikator utama tingkat kematian (Case Fatality Rate) dan tingkat keterisian rumah sakit (Bed Occupancy Ratio) baik untuk tempat tidur isolasi, maupun ICU yang semakin tinggi dan menunjukkan bahwa Jakarta berada dalam kondisi darurat.

Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar seperti masa awal dahulu, bukan lagi PSBB Transisi. Kita akan menerapkan kembali arahan Presiden di awal wabah dahulu, yaitu bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dari rumah.

Tidak hanya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyalahkan kebijakan darurat Anies. Ruhut Sitompul juga turut bicara, mengatakan kalau Anies tidak mampu memimpin Jakarta. Bahkan desakan untuk menonaktifkan Gubernur DKI Jakarta juga muncul di ruang publik yang disuarakan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Pouyono.

Sementara itu, menaggapi persoalan tersebut Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ini bukan kesalahan Anies semata. Melainkan ada kesemrawutan penanganan Covid-19 di tingkatan pusat selama ini.

Banyak tumpang tindih. Saat ini penanganan covid di tingkatan pusat sangat semrawut. Bagaimana tidak, setidaknya ada sejumlah tim bercabang yang kini menangani Covid,” tutur Refly.

Sejak PSBB dilaksanakan, penyebaran Covid-19 mulai terkendali. Sayangnya, hanya beberapa saat. Ambyar setelah pemerintah wacanakan New Normal. Rupanya, pemerintah setengah hati.

Menurut Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa Tony Rosyid sejak muncul wacana New Normal, masyarakat hilang kedisiplinan. Aturan PSBB tak lagi efektif. Di sana sini terjadi pelanggaran. Eforia berkerumun muncul kembali. Akibatnya, penyebaran Covid-19 makin meluas. Bahkan lebih gila dari awal pandemi masuk ke Indonesia, Jumat (11/9/2020)

Tony Rosyid melanjutkan, lalu, presiden bilang: kesehatan harus diutamakan. Apakah pernyataan presiden ini murni karena keprihatinan terhadap mengganasnya penyebaran Covid-19? Sebab, prioritas dan fokus pemerintah selama ini pada ekonomi.

Penulis: Lukni